Presiden Sudan Buka Suara Soal Konflik Palestina dan Israel

Dalam wawancara khusus bersama Liputan6.com, Presiden Sudan menyampaikan keinginan memperkuat hubungan kerja sama ekonomi dengan RI.

oleh Andreas Gerry TuwoFarhannisa Nasution diperbarui 11 Mar 2016, 18:40 WIB
Diterbitkan 11 Mar 2016, 18:40 WIB
20160307-Presiden Sudan Omar Al Bashir -Jakarta
Wawancara khusus redaksi Liputan6.com dengan Presiden Sudan Omar Al Bashir di Jakarta, Senin (7/3/2016). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Isu Palestina melatarbelakangi lahirnya Organisasi Kerja Sama Islam pada 25 September 1969. Dengan keanggotaan mencapai 56 negara, OKI adalah perserikatan multilateral terbesar setelah PBB.

Namun, pada 2016 ini, setelah 47 tahun berlalu, belum ada solusi konkret untuk mengakhiri penderitaan rakyat Palestina.

Karena itulah, Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa OKI di Jakarta diselenggarakan khusus untuk membahas soal Palestina dan status Kota Suci Yerusalem. Sejumlah kepala negara hadir, salah satunya Presiden Sudan, Omar Hassan Ahmad al-Bashir.

Kepada Liputan6.com, salah satu pemimpin terkemuka di Afrika Utara tersebut menegaskan arti penting Palestina bagi negaranya.

Presiden Sudan menuturkan kondisi di Palestina sudah sangat memprihatinkan, sehingga campur tangan dunia Islam sangat dibutuhkan.

"Tanah Palestina sekarang masih dijajah oleh Israel. Israel juga menduduki Masjid Al-Aqsa, al-Haram, dan ash-Sharif. Itulah mengapa kami menganggap isu Palestina mengkhawatirkan," ucap Presiden al-Bashir.

Selain mendorong kepedulian dunia Islam, Presiden al-Bashir mengatakan sikap Sudan tak pernah berubah terkait Palestina.

"Posisi kami secara politik kepada Palestina tidak pernah berubah, dengan mendukung hak mereka mendirikan negara yang merdeka secara penuh dan mempunyai ibu kota di Yerusalem," ucap Presiden al-Bashir.

Selain berbicara soal dukungan kepada Palestina, Presiden al-Bashir turut buka suara mengenai hubungan bilateral antar negaranya dan Indonesia, yang selama ini berlangsung luar biasa.

Presiden Sudan menuturkan meski terpisah jarak, kedua negara punya banyak kesamaan. Salah satunya, terkait sejarah.

"Indonesia punya pengalaman sejarah terkait lepasnya Timor Timur. Sudan juga pernah mengalami situasi yang sama, saat Sudan Selatan memutuskan berpisah," kata Presiden al-Bashir.

Sudan dan Indonesia, ujar Presiden, bisa bekerja sama untuk menghasilkan keuntungan bagi masyarakat kedua negara.

"Indonesia punya kapabilitas dan punya banyak ahli, Sudan punya sumber daya. Hal ini bisa diintegrasikan menjadi kerja sama yang saling menguntungkan bagi rakyat kedua negara," ujar Presiden al-Bashir.

"Saya juga mengundang pengusaha dari sektor swasta di Indonesia untuk datang ke Sudan dan melihat peluang investasi di Sudan di berbagai bidang," pungkas Al-Bashir.

Saksikan video wawancara khusus Liputan6.com dengan Presiden Sudan, Omar Hassan Ahmad al-Bashir berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya