Penembakan Paramiliter di Sudan Bunuh 9 Warga Sipil, 21 Orang Lainnya Terluka

Sumber rumah sakit, yang berbicara dengan syarat anonim terkait keselamatan diri, mengatakan kepada AFP bahwa penembakan itu melukai 23 orang.

oleh Tanti Yulianingsih Diperbarui 10 Mar 2025, 11:11 WIB
Diterbitkan 10 Mar 2025, 11:11 WIB
Ilustrasi Penembakan
Ilustrasi Penembakan (Liputan6.com/Johan Fatzry)... Selengkapnya

Liputan6.com, Khartoum - Penembakan dilaporkan terjadi di Sudan dan menelan sejumlah korban jiwa.

"Penembakan paramiliter pada hari Minggu (9/3) di sebuah kota strategis di selatan Sudan, tempat tentara menghentikan pengepungan yang berkepanjangan bulan lalu, menewaskan sembilan warga sipil dan melukai 21 lainnya," kata seorang sumber medis seperti dikutip dari AFP, Senin (10/3/2025).

"El-Obeid, ibu kota negara bagian Kordofan Utara, diserang oleh Rapid Support Forces (RSF)/Pasukan Dukungan Cepat paramiliter, yang berperang dengan tentara sejak April 2023," ungkap sumber di rumah sakit utama kota itu dan beberapa saksi.

Sumber rumah sakit, yang berbicara dengan syarat anonim terkait keselamatan diri, mengatakan kepada AFP bahwa penembakan itu melukai 23 orang. Semuanya warga sipil, dua di antaranya kemudian meninggal karena luka-luka mereka, sehingga jumlah korban tewas menjadi sembilan.

Para saksi melaporkan pemboman oleh RSF pada hari Minggu (9/3), dengan satu peluru menghantam bus angkutan umum yang membawa penumpang, pada hari ketiga serangan berturut-turut dari utara dan timur.

Bulan Februari lalu, tentara berhasil menghentikan pengepungan RSF selama hampir dua tahun di El-Obeid, yang terletak di persimpangan penting yang menghubungkan Ibu Kota Khartoum dengan wilayah barat negara itu, Darfur.

Sebagai informasi, RSF telah merebut hampir seluruh Darfur sementara tentara menguasai wilayah utara dan timur negara itu, dan baru-baru ini merebut kembali sebagian besar wilayah Khartoum dan Sudan tengah.

Perang yang melibatkan kepala tentara Abdel Fattah al-Burhan dan mantan wakilnya, komandan RSF Mohamed Hamdan Daglo, telah merenggut puluhan ribu nyawa, mengusir lebih dari 12 juta orang, dan menciptakan krisis kelaparan dan pengungsian terbesar di dunia.

 

 

Promosi 1

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya