Liputan6.com, Jakarta - Sejak zaman dulu, Indonesia dikenal sebagai bangsa pelaut. Nenek moyang negeri ini telah mengarungi lautan hingga ke benua lain. Hingga kini, masih banyak WNI yang berprofesi sebagai pelaut.
Ombak besar dan cuaca tak bersahabat tidak pernah dijadikan penghalang, justru dijadikan pemantik semangat para pelaut Indonesia. Ancaman yang datang dari pembajak pun tak pernah menyurutkan nyali mereka.
Salah seorang kapten kapal Tugboat bernama Roni kepada Liputan6.com menceritakan, jalur yang dilintasi oleh kapal Brahma 12 memang terkenal rawan pembajak. Baik di kalangan pelaut lokal, maupun pelaut mancanegara.
"Di situ (perairan Filipina) emang rawan. Dibilang sering (pembajakan) nggak juga, tapi memang ini udah beberapa kali insiden itu di sekitar wilayah Filipina," kata Roni di Jakarta, Jumat (1/4/2016).
Berdasarkan pengalaman dan penuturan para rekan seprofesi Roni, pembajak awalnya mengintip kapal yang melintas di wilayah perairan Filipina dari Basilan Island. Tapi Roni enggan membeberkan detail pengalamannya saat dibajak. Yang jelas, kata dia, saat melihat dan mendapatkan sasaran, para perompak atau pembajak mengejar kapal incarannya dengan speedboat.
Baca Juga
"Dia (pembajak) itu naik speedboat gitu, sambil biasanya ngelihatin bawa beceng (pistol kecil). Senjata lengkap kadang. Ya, diambil duit sama isi muatan," tutur Roni.
Ia melanjutkan, kapal tugboat menjadi primadona incaran para perompak lantaran jalannya yang pelan. Belakangan diduga kuat para kelompok teroris Abu Sayyaf juga ikut-ikutan meramaikan pembajakan kapal Tugboat.
Selain berjalan pelan, kapal Tugboat juga tidak besar. Hal itu tentu memudahkan pembajak ketimbang harus membajak kapal besar.
"Iya soalnya pelan jalannya, karena ada gandengan tongkangnya. Terus gampang dinaikin sama perompak karena kecil kan kapalnya. Itu speedboat 2 isi perompak 4 orang aja dan bawa senjata, udah selesai pasti dibajak. ABKnya juga nggak banyak. Itulah kenapa suka jadi incaran," beber Roni.
Roni menyebutkan, kemungkinan besar hal itu juga menimpa Kapal Brahma 12 yang saat itu sedang membawa batu bara seberat 7.000 ton. Diakui Roni, Pulau Basilan merupakan daerah hutan lebat yang dekat dengan jalur perairan yang sering dilintasi kapal tugboat.
"Nama pulau tempat perompaknya itu ada Basilan Island. Jadi ada 3 pulau kecil di sekitar lokasi peristiwa kemarin, salah satunya Pulau Basilan. Tapi ya itu, mereka (pembajak) kebanyakan berangkat dari Basilan. Jarang ada patroli soalnya," tutur Roni.