Liputan6.com, Jakarta - Guna mengoptimalkan Kementerian Pertahanan (Kemhan) dalam menjaga keamanan negara, Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu berharap, pihaknya dapat memiliki badan intelijen pertahanan seperti sebelum masa Reformasi 1998.
"Memang sejak reformasi, dulu ABRI Kementerian itu digabung. Itu dipisah sekarang Menteri Pertahanan. Institusi penting seperti intelijen itu perlu. Sekarang kita nggak ada intelijen pertahanan. Perlu itu. Karena sifatnya bukan politik tapi situasional," tutur Ryamizard di Kemhan, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Senin 6 Juni 2016.
Menurut Ryamizard, teknis kinerja Kemhan saat ini menjadi aneh, karena dalam menjaga keamanan dan pertahanan negara, pihaknya harus memiliki banyak informasi.
Baca Juga
"Kementerian Pertahanan ini kan bagaimana, kok nggak dapat informasi laporan dari intelijen? Kan bohong saja itu. Yang bener aja," kata dia.
Ryamizard menyayangkan kementerian yang dipimpinnya tidak memiliki intelijen khusus. Padahal, Kemhan di seluruh dunia memiliki intelijen.
Â
"Kemhan tidak ada intelijen salah besar. Dimana-mana Kemhan punya intelijen pertahanan. Di sini tidak ada," tegas dia.
Pembentukan intelijen pertahanan, menurut Ryamizard, menjadi sangat mendesak direalisasikan. Sebab, dinamika ancaman kedaulatan negara terus meningkat.
"Kelembagaannya harus dibuat, segera. Sekarang dalam proses. Di mana telinga, mata? Kemudian masalah bela negara, siapa yang ngecek? Harus ada yang ngecek," pungkas Ryamizard.