Alasan Solo Jadi Sasaran Teror Jelang Idulfitri

Anggota Komisi I DPR RI Charles Honoris menilai peristiwa tersebut ‎menjadi ancaman teror yang lebih buruk jika tidak segera diungkap.

oleh Luqman Rimadi diperbarui 05 Jul 2016, 21:03 WIB
Diterbitkan 05 Jul 2016, 21:03 WIB
Ilustrasi Bom
Ilustrasi Bom

Liputan6.com, Jakarta - Ledakan terjadi di Mapolresta Surakarta, Solo, Jawa Tengah. Legislator mengatakan polisi harus segera mencari dalang dalam ledakan bom bunuh diri tersebut.

Anggota Komisi I DPR Charles Honoris prihatin dengan teror itu. Dia menilai peristiwa tersebut ‎menjadi ancaman teror yang lebih buruk di Indonesia ke depannya jika tidak segera diungkap.

"‎Meskipun berdaya ledak rendah, namun ini tidak boleh dianggap sepele. Karena lokasi peledakan di jantung kota, dan sepertinya target penyerangan adalah aparat keamanan," ujar Charles dalam keterangan pers yang diterima Liputan6.com, Jakarta, Selasa, (5/7/2016).

Menurut dia, ada sejumlah alasan Solo menjadi sasaran teror jelang Idulfitri. Salah satunya, lanjut dia, Solo merupakan simbol pertahanan negara. Sebab, kota tersebut merupakan tempat kelahiran Presiden Joko Widodo (Jokowi).

"Si‎mboliknya Solo adalah kota asal Presiden Jokowi. Ini juga dapat dikatakan sebagai ancaman terhadap pertahanan negara kita," kata anggota Fraksi PDI Perjuangan itu.

Dia pun mendesak agar seluruh‎ aparat baik itu intelijen maupun penegak hukum untuk melipatgandakan kewaspadaan pascaperistiwa ini. Jangan sampai terjadi lagi di tempat lain.

"Bisa jadi ini sejumlah skenario rangkaian bom. Aparat harus segera mengusut tuntas pelaku di balik teror ini. Telusuri dari mana aliran dananya dan potong di sana. Kita tidak boleh kalah dengan terorisme," kata Charles.

Hasil penyelidikan sementara Polda Jawa Tengah bersama tim DVI Polri serta Densus 88, serangan bom bunuh diri di Mapolresta Solo tidak terkait kepulangan Presiden Joko Widodo ke Solo.

"Melihat sasarannya polisi tidak terkait dengan kunjungan Presiden. Kalau soal kegiatan kepala negara, tentunya sudah ada jadwal rutin," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigadir Jenderal Agus Rianto di Mabes Polri, Jakarta, Selasa (5/7/2016) siang.

"Kalau dilihat hari ini dapat diperkirakan tidak berkaitan dengan pak presiden," sambung dia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya