Benarkah Perguruan Mahesa Kurung Ajarkan Geng Motor Brutal?

Pihak Mahesa Kurung tidak membenarkan bahwa perguruannya mengajarkan aksi kekerasan atau brutal.

oleh FX. Richo Pramono diperbarui 11 Sep 2016, 14:42 WIB
Diterbitkan 11 Sep 2016, 14:42 WIB
Ilustrasi Begal Motor
Ilustrasi Begal Motor

Liputan6.com, Jakarta - Perguruan Besar Mahesa Kurung (MK) Al-Mukarramah membantah kabar miring yang merugikan nama padepokannya. Pihak Mahesa Kurung tidak membenarkan bahwa perguruannya mengajarkan aksi kekerasan atau brutal seperti kabar yang beredar luas di masyarakat.

"Itu yang diceritakan semua salah. Tidak ada yang tabayyun ke kita untuk konfirmasi. Yang ada kemarin di Jagakarsa itu, tidak seperti itu. Kita dari guru besarnya dan pimpinan tidak pernah ajarkan brutal seperti itu," ujar Abi Okta, salah satu guru padepokan Mahesa Kurung kepada Liputan6.com di Jakarta, Minggu (11/9/2016).

Abi Okta menjelaskan, perguruannya hanya mengajarkan kebaikan. Tidak ada aktivitas sebagaimana yang diceritakan. Hanya pengajian biasa yang diterapkan di perguruannya.

"Kita hanya pengajian biasa. Dan mereka itu yang gosipkan miring. Semua yang beredar negatif itu merupakan fitnah untuk kami. Kita semua bersumber dari Al-Quran," tegas Abi Okta.

Nama perguruan Mahesa Kurung mencuat setelah adanya berbagai pemberitaan. Kawasan Jakarta Selatan, khususnya di bilangan Jagakarsa dan Pasar Minggu tengah, mencekam dengan kehadiran geng motor yang awalnya diduga memiliki ilmu kebal Mahesa Kurung.

Dua orang menjadi korban pada Selasa 6 September dinihari akibat luka bacok 20 remaja geng motor di sebuah warnet di Jalan Warung Jati Barat, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

Sebelumnya, Bayu Aji Prakoso (21) dan dua muridnya digelandang aparat Polsek Jagakarsa, Jumat 2 September 2016. Penangkapan dilakukan atas respons pesan singkat berantai yang mencurigai perkumpulan Mahesa Kurung yang diprakarsai Bayu di sebuah bengkel ketok magic di Lenteng Agung, Jakarta Selatan.

Ilmu Kebal

Kepada polisi, Bayu mengaku memiliki pengikut 300 orang. Namun, dari bukti yang ditunjukkan, para anggota yang rajin bertandang ke bengkel ketok magic yang ditunggui Bayu, hanya 20-30 orang.

"Rata-rata mereka anak-anak di bawah umur, para remaja," kata Kapolsek Jagakarsa, Kompol Sri Bhayangkari saat dihubungi Liputan6.com, Senin 5 September 2016.

Penuturan dua murid Bayu ke pihak kepolisian, macam-macam alasan para remaja itu bergabung dengan perkumpulan Mahesa Kurung. "Ada yang ingin kebal, ada yang sering ditolak dan minta pelet, yang suka di-bully, pengasihan, macam-macamlah," kata Sri.

Saat menggeledah di dalam dan sekitar bengkel, tidak didapati senjata tajam atau benda yang dicurigai akan digunakan untuk tawuran. "Kami justru mendapati isim, batu akik, kemenyan, buluh perindu," Sri membeberkan.

Karena tidak terbukti menyimpan senjata tajam, polisi memulangkan ketiga orang tersebut. Dengan klarifikasi ini, pihak Mahesa Kurung membantah semua tuduhan negatif yang ditujukan pada perguruan tersebut.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya