Liputan6.com, Depok - Polisi terus menelusuri jaringan pelempar bom di depan Gereja Oikumene, Jalan Cipto Mangunkusumo Nomor 32 RT 03 Kelurahan Sengkotek Kecamatan Loa Janan Ilir, Samarinda Seberang, Kalimantan Timur. Lima orang ditangkap terkait pasca peristiwa yang menewaskan seorang balita 2,5 tahun, Intan Marbun.
"Lima orang lagi sudah ditangkap dan sedang dikembangkan," kata Kapolri Jenderal Tito Karnavian di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, Senin (14/11/2016).
Baca Juga
Bomber yang diketahui bernama Juhanda, kata Tito, bukanlah pemain baru dalam dunia terorisme. Pada 2011 dia pernah ditangkap dan disidangkan atas kasus bom Puspitek, Serpong, Tangerang. Ju, panggilan Juhanda, juga terlibat jaringan bom buku.
Advertisement
"Pelaku lama kasus bom di Serpong dan bom buku. Ada kaitan dengan kelompok Pepi Fernando, dan dia sekarang bergabung dengan JAD (Jamaah Ansharud Daulah)," kata Tito.
"Masyarakat saya minta untuk tenang. Karena ini palaku-pelaku lama dan kita sudah ketahui jaringannya," ujar Tito.
Disinggung mengenai target, Tito mengatakan bomber Samarinda ini berusaha untuk menimbulkan kekacauan di tengah masyarakat.
"Ya biasa, selalu berusaha menimbulkan kekacauan. Itu saja," kata Tito.
Ledakan terjadi Minggu 13 November 2016, sekitar pukul 10.00 Wita. Saat itu jemaah yang selesai ibadah sedang keluar menuju parkiran.
Tiba-tiba, sambung dia, datang orang yang tidak dikenal melemparkan bom molotov ke halaman parkir gereja.
Pelempar bom kemudian melarikan diri dan melompat ke Sungai Mahakam. Warga melihat kejadian tersebut dan berusaha mengejarnya. Namun akhirnya pelarian bomber tersebut berhenti setelah warga menangkapnya.