Liputan6.com, Jakarta - Seorang Taruna Sekolan Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP), Amirullah Adityas Putra (19), tewas setelah menjadi korban penganiayaan lima seniornya. Mirisnya penganiayaan terjadi di dalam lingkungan asrama yang merupakan lingkungan pendidikan.
Penganiayaan terjadi di Gedung Dormitory ring 4, kamar M205 lantai 2, Jalan Marunda Makmur, Kelurahan Marunda, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara.
Advertisement
Ini adalah kamar di mana para taruna tingkat dua tinggal. Beberapa ranjang bertingkat ada di setiap kamar di gedung tersebut.
Advertisement
Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Perhubungan, Wahju Satrio Utomo, mengatakan, bahwa barak yang menampung para taruna tingkatan dibuat terpisah.
"Jadi mereka enggak bisa nyeberang pagar," kata Wahju di STIP Jakarta, Rabu (11/1/2016).
Pagar tersebut tinggi tegak berdiri. Belum lagi kawat baja yang melilit di bagian atas pagar yang menyulitkan siapa pun untuk melewatinya. Guna mengontrol hal-hal yang tidak diinginkan, seperti menyeberang barak, STIP memasang kamera pengintai.
"Ada CCTV juga, sehingga memonitor kegiatan jam 10 malam ke atas. Biasanya aktivitas sampai jam setengah 10. Jam 10 malam tidur tidak boleh keluar barak," Wahju membeberkan.
Penjagaan pun tidak sembarangan, STIP melibatkan personel TNI dan Polri. Ada 12 orang setiap malamnya menjaga STIP.
"Saya juga ingin tahu peristiwa sebenarnya. Ini dimana lolosnya," ujar dia.
Wahju mengatakan, korban Amirullah adalah taruna yang baru saja mengenyam pendidikan di STIP sejak September 2016. Diduga, penganiayaan sendiri merupakan tradisi marching band di STIP.
"Tapi menurut teman-teman korban, mereka ada hubungan peralihan pemain drum band dari kakak kepada adiknya. Ini kita perlu teliti lebih lanjut," ujar Wahju.