Liputan6.com, Jakarta - Rabu, 1 Februari 2017, di salah satu ruangan Kantor Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrat, Jakarta Pusat, duduk sang Ketua Umum Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Saat itu ia menggelar konferensi pers terkait namanya yang muncul dalam sidang dugaan penistaan agama dengan terdakwa Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.
Selain mengklarifikasi isu yang mencuat di persidangan Selasa, 31 Januari 2017 itu, SBY juga menyinggung soal Presiden Joko Widodo atau Jokowi yang ingin bertemu namun dilarang beberapa orang.
"Konon, ada tiga sumber bilang sama saya, beliau (Jokowi) ingin ketemu dengan saya. Tapi ada dua atau tiga orang melarang ketemu saya," ujar SBY kala itu.
Advertisement
Sehari setelahnya, Kamis, 2 Februari 2017, Presiden Jokowi merespons. Ia mengatakan, pasti akan mengatur dan meluangkan waktu untuk bertemu SBY. Hal itu dapat diwujudkan bila ada permintaan dari SBY.
"Bolak-balik kan dibilang, waktunya akan diatur, tetapi kalau ada permintaan," ujar Jokowi di JCC, Senayan, Jakarta, Kamis, 2 Februari 2017.
Dan, yang dinanti-nanti pun tiba. Presiden Jokowi dan SBY bertemu. Pertemuan yang dilakukan di Istana Merdeka ini memang tidak berlangsung lama.
Setelah bertemu, Jokowi langsung mengajak SBY ke beranda Istana untuk Veranda Talk. Keduanya sempat bersalaman untuk memberi kesempatan pada media mengabadikan momen pertemuan itu. Jokowi kemudian mengajak SBY duduk di kursi kayu beralas busa coklat itu.
Tak lama setelah duduk, minuman dan makanan baru diantarkan pegawai istana ke meja. Dari kejauhan terlihat dua cangkir teh dan empat piring berisi makanan diletakkan di meja.
Jokowi dan SBY meminum teh yang disediakan di sela obrolan santai mereka di beranda Istana. Setelah diizinkan mendekat, barulah terlihat 4 piring yang disediakan itu berisi 2 piring lumpia Semarang, satu piring acar timun, dan satu piring kuah sambal lumpia.
Sampai selesai memberikan pernyataan pers terkait perbincangan keduanya, belum ada satu pun makanan yang disentuh Jokowi dan SBY. Lumpia Semarang terlihat masih utuh dan lengkap di atas piring.
Hanya saja, ada yang berbeda dalam pertemuan ini. Rupanya tidak ada jamuan makan siang bersama seperti dilakukan Jokowi terhadap tamu-tamu lainnya.
"Tidak ada makan siang tadi," kata Kepala Biro Pers Media dan Informasi Sekretariat Presiden Bey Machmudin di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis, 9 Maret 2017.
Menurut informasi, SBY tiba di Istana Merdeka sekitar pukul 12.40 WIB. Jokowi dan SBY baru keluar dari ruang utama Istana pada pukul 12.50 WIB.
Jokowi terlihat mengenakan batik lengan panjang bernuansa biru tua. Sedangkan SBY mengenakan batik lengan panjang bernuansa cokelat.
Janjian
Presiden Jokowi mengaku pertemuannya dengan SBY dirancang jauh-jauh hari. Kalau pun sebelumnya tidak dapat terlaksana, ia mengaku hal itu lebih karena waktu yang belum tepat.
"Seperti yang sudah sering saya sampaikan, beberapa kali sudah saya sampaikan bahwa saya akan mengatur waktu untuk beliau pak SBY dan hari ini Alhamdulillah beliau pas ada waktu, saya juga ada, artinya kita janjian dan ketemu sudah," ungkap Jokowi.
Pertemuannya dengan Ketua Umum Partai Demokrat itu, ia menjelaskan, tidak mendadak alias direncanakan. Sebab, Jokowi mengaku, baik dirinya maupun SBY menyesuaikan jadwal masing-masing.
"Ya direncanakan, tapi kan kadang saya ada waktu Pak SBY kan waktu enggak ada. Beliau ada, saya pas barengan acara. Sekarang waktunya, sekarang," kata Jokowi.
Dalam pertemuannya dengan SBY itu, ia mengatakan, membicarakan banyak terkait kondisi politik dan ekonomi Indonesia.
"Berbicara banyak hal baik yang berkaitan dengan politik nasional, baik yang berkaitan dengan ekonomi nasional. namanya diskusi kan banyak hal dan hal hal yang lain-lainnya," beber Jokowi.
SBY bersyukur akhirnya Presiden Jokowi bisa menyediakan waktu untuk bertemu. "Pertemuan ini sudah dirancang dan digagas lama, Alhamdulillah hari ini berlangsung," ujar SBY, Jakarta, Kamis, 9 Maret 2017.
Advertisement
Ajang Tabayun
SBY mengaku senang bisa bertemu Presiden Jokowi. Dalam pertemuan tersebut, SBY mengaku, ia dan Jokowi dapat saling klarifikasi menjelaskan segala berita simpang siur yang selama ini beredar.
Sebelum pertemuan, SBY kerap menyampaikan keterangan pers terkait kondisi dan isu terkini. Ketua Umum Partai Demokrat itu menyebut ada kesalahpahaman antara informasi yang dia dapat dengan yang diketahui Jokowi.
SBY mengatakan dengan adanya pertemuan ini, sudah tidak ada lagi salah paham antara dirinya dengan Jokowi. "Insya Allah, Insya Allah (tidak ada)," kata SBY di beranda Istana Merdeka, Jakarta, Kamis, 9 Maret 2017.
SBY lega dapat menjelaskan segala hal yang selama ini mengganjal di hatinya. Jokowi pun mendengarkan dengan seksama penjelasan SBY. Begitu juga sebaliknya.
"Alhamdulillah ini awal yang baik, karena tidak baik kalau ada yang mis-komunikasi dan mis-informasi antara beliau dengan saya, atau antara kami-kami lah yang pernah memimpin negara ini. Ini harapan kami berdua," beber SBY.
Pertemuan tersebut, diakui SBY, berlangsung cair dan diselingi canda. "Kalau seloroh saya, Presiden itu hidupnya tidak tenang, kiri salah kanan salah. Maju kena mundur kena," kata SBY di Istana Merdeka, Kamis (9/3/2017).
Kondisi yang dialami Jokowi saat ini, ia mengatakan, juga ia rasakan saat menjadi presiden, selama dua periode kepemimpinan atau 10 tahun. "Tapi saya tahu beliau akan tegar terus menghadapi ujian sejarah ini. Kita doakan semoga separuh perjalanan, kita doakan kalau pemerintah sukses kan rakyat senang," ujar SBY.
Pertemuan yang sudah dirancang lama ini, menurut SBY, juga dijadikan ajang untuk saling klarifikasi atau tabayun.
"Dengan demikian, seperti yang saya duga, beliau tetap percaya bahwa seorang SBY itu juga ingin berbuat yang terbaik untuk pemerintahan beliau. Saya juga demikian, Pak Jokowi juga ingin betul membangun negeri ini," beber SBY.
SBY menyatakan pertemuannya dengan Jokowi membicarakan banyak hal soal kebangsaan dan komitmen untuk membangun bangsa agar lebih maju. "Suasana yang baik ini bisa jadi ajang tabayun (klarifikasi) terhadap sejumlah kabar yang beredar selama ini," kata SBY.
SBY berharap hal ini bisa terus berlanjut di masa depan. Dia juga memastikan dengan pertemuan ini, kesalahpahaman yang sempat muncul dapat diselesaikan.
Tradisi Sua Mantan Presiden
Presiden Jokowi menilai pertemuannya dengan SBY dan mantan-mantan presiden lainnya merupakan tradisi baik yang harus dilanjutkan di masa mendatang.
"Tadi Pak SBY kan menyampaikan, tradisi politik dari presiden sebelumnya ke presiden berikutnya memang harus kita tradisikan," ujar Jokowi di beranda Istana Merdeka, Kamis, 9 Maret 2017.
Jokowi menyampaikan pertemuan antara dirinya dengan SBY dapat menjadi tradisi yang baik bagi pembangunan nasional. Menurutnya, banyak program-program pembangunan di masa pemerintahan sebelumnya yang mesti dilanjutkan oleh pemerintah saat ini.
"Budaya estafet ini, pembangunan sebelumnya diteruskan oleh pembangunan presiden berikutnya, kalau ini terus dilakukan estafet, ini dengan mudah mencapai suatu target bagi kebaikan rakyat," kata dia.
Jokowi juga menganggap budaya estafet pembangunan antara pemerintah saat ini dengan pemerintah sebelumnya merupakan hal baik yang juga perlu dilakuakn di pemerintahan di masa mendatang.
"Ini perlu tradisikan yang kedua budaya estafet itu harus kita miliki sehingga jangan sampai kita memulai terus dari awal itu yang harus kita tradisikan," ucap mantan Gubernur DKI Jakarta itu.
Advertisement