Menag Lukman: Jangan Cemari Pilkada dengan Alasan Agama

Lukman mengaku, dirinya tidak bisa bertindak lebih jauh selain mengingatkan umat terkait jenazah nenek Hindun yang ditelantarkan warganya.

oleh Ahmad Romadoni diperbarui 13 Mar 2017, 12:40 WIB
Diterbitkan 13 Mar 2017, 12:40 WIB
Menteri Agama Lukman Hakim Saifudin
Menteri Agama Lukman Hakim SaifudinMenteri Agama Lukman Hakim Saifudin

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Agama atau Menag Lukman Hakim Saifuddin sudah mendengar maraknya spanduk larangan menyalatkan jenazah bagi pendukung penista agama yakni nenek Hindun. Lukman menilai masyarakat harus lebih cermat dalam menyikapi sesuatu.

Lukman menjelaskan, tidak bisa dipungkiri tensi politik saat ini semakin tinggi. Mengingat Pilkada khususnya DKI Jakarta putaran kedua sudah berjalan. Tapi, masyarakat juga harus bisa memisahkan antara politik dengan agama.

"Tentu karena semakin tingginya tensi politik, karena kita sadar betul pilkada semakin di depan mata. Namun saya mengimbau semua kita untuk betul-betul menempatkan semua agama pada tempatnya," kata Lukman di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (13/3/2017).

Politikus PPP itu juga sudah menerima aduan dan masukan dari warga soal maraknya spanduk ini di berbagai masjid khususnya di Jakarta. Lukman mengaku, dirinya tidak bisa bertindak lebih jauh selain mengingatkan umat.

"Jadi kemampuan saya adalah mengimbau semua pihak untuk bagaimana pilkada tidak dikotori atau dicemari dengan hal-hal yang justru menimbulkan konflik di antara kita dengan alasan agama. Jadi agama harus digunakan untuk hal-hal yang sifatnya promotif, bukan konfrontatif," pungkas Lukman.

Nenek Hindun
Jenazah nenek Hindun 78 tahun ditelantarkan masyarakat sekitar. Sebab, sang nenek yang sudah tak bisa berjalan sejak lama itu memilih Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dan Djarot Saiful Hidayat saat Pilkada DKI putaran pertama.

Menurut keterangan Neneng, usai nenek bernama Hindun bin Raisman itu mencoblos Ahok-Djarot, keluarganya menjadi pergunjingan. Neneng adalah putri bungsu Hindun.

"Kami ini semua janda, empat bersaudara perempuan semua, masing-masing suami kami meninggal dunia, kini ditambah omongan orang yang kayak gitu, kami bener-bener dizalimi, apalagi ngurus pemakaman orang tua kami aja susah," ujar Neneng, pada Liputan6.com di kediamannya, Jalan Karet Raya II, Setiabudi, Jakarta Selatan, Jumat, 10 Maret 2017.

Neneng menceritakan, kronologi jenazah ibundanya ditolak disalatkan di musala oleh ustaz Ahmad Syafii. Neneng mengatakan, saat itu dia dan keluarganya ingin agar jenazah Hindun disalatkan di mushola. Namun, ditolak oleh Ustaz Ahmad Syafii lantaran tidak ada orang di musala.

Selain itu, tak ada orang yang menggotong jenazah Hindun ke musala. Sehingga Ustaz Ahmad Syafii mensalatkan Hindun di rumahnya.

"Alasannya, nggak ada orang yang mau nyalatin (di musala), padahal kami ini anak dan cucunya ramai menyalatkan, tapi memang orang lain (warga lain) cuma empat orang (yang datang ke rumah)," terang Neneng, anak Nenek Hindun.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya