Putar Lagu Koes Plus, Panglima TNI Ingatkan Ancaman Indonesia

Gatot menjelaskan, kekayaan sumber daya alam Indonesia bisa menjadi anugerah sekaligus memicu ancaman dari bangsa lain.

oleh Liputan6 diperbarui 06 Apr 2017, 10:11 WIB
Diterbitkan 06 Apr 2017, 10:11 WIB
Brigjen Suhartono Menjabat Komandan Paspampres
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo memberikan keterangan usai sertijab Komandan Pasukan Pengamanan Presiden (Danpaspampres) di Jakarta, Selasa (14/3). Brigjen TNI (Mar) Suhartono resmi menggantikan Mayjen Bambang Suswantono (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Pekanbaru - Apa kepentingan lagu-lagu Koes Plus untuk pertahanan negara? Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo memiliki argumen tentang lagu dari grup lawas tersebut. Hal itu disampaikan saat memberi kuliah umum di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim II, Pekanbaru, Riau.

Lagu yang dia maksud adalah Nusantara I, yang dikatakan menjelaskan ancaman besar bagi Indonesia. Gatot bahkan sempat memutar cuplikan video grup band legendaris itu lengkap dengan liriknya.

Ia menjelaskan, pada lirik lagu yang dirilis Koes Plus pada era 70-an itu bisa diambil pelajaran, kekayaan sumber daya alam Indonesia bisa menjadi anugerah sekaligus memicu ancaman dari bangsa lain.

"Dalam lagu itu disebutkan berharap tidak ada yang cemburu, hutan kita luar biasa lebat, lautan luas dan alamnya ramah. Tapi negara lain sudah cemburu, dan ini adalah peringatan bagi anak muda kita agar jangan terlena," kata Nurmantyo di Pekanbaru, Rabu 5 April 2017.

Presiden Soekarno, kata dia, juga pernah menyatakan kekayaan alam nusantara membuat iri bangsa lain. Karena itu dia meminta rakyat Indonesia --khususnya generasi muda-- memahami ancaman terhadap bangsa Indonesia, yang kini sudah memanfaatkan segala cara untuk memecah-belah Indonesia.

Ancaman itu bisa nyata, berupa upaya China memperluas teritori negaranya di Laut Cina Selatan, hingga ancaman laten dari infiltrasi lewat film, mode, bahasa, budaya, gerakan radikalisme, teknologi, media sosial, serta narkoba yang telah membunuh 15 ribu orang di Indonesia setiap tahun.

"Semua itu terjadi karena kita sedang dalam kompetisi global. Yang kalah adalah negara miskin dengan penduduk besar, terjadi kesenjangan ekonomi berujung depresi ekonomi, kejahatan dan konflik yang meningkat, sehingga terjadi imigran meninggalkan negaranya yang miskin," kata Gatot seperti dikutip Antara.

Dia menyampaikan teori, penyebab konflik dan perang kini bergeser bukan lagi akibat perbedaan agama, suku dan bahasa, melainkan untuk memperebutkan energi dari suatu negara oleh negara lain.

Menurut Panglima TNI, negara-negara yang menjadi ancaman konflik berlokasi di Asia Tenggara, Afrika Tengah dan Amerika Latin. Indonesia tidak luput menjadi sasaran karena kekayaan alam dan jumlah populasi penduduknya.

"Kalau tidak waspada, kita bisa diusir dari negeri ini. Seperti Indian di Amerika dan Aborigin di Australia," kata dia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya