Liputan6.com, Jakarta - Banyak kasus penyelundupan di perairan dinilai akibat lemahnya pengamanan di laut. Penangkapan satu ton sabu di Anyer, Banten, baru-baru ini juga menjadi bukti konkret lemahnya pengamanan laut.
Kepala Badan Keamanan Laut (Bakamla) Laksamana Madya TNI Arie Soedewo mengatakan, ada ribuan jalur tikus di wilayah barat yang rawan untuk penyelundupan.
"Di bagian barat, kepulauan-kepulauan yang nampaknya bagian depan adalah gudang, di belakangnya langsung berhubungan dengan laut dan punya dermaga," ujar Arie dalam kunjungan ke redaksi SCTV-Indosiar dan Liputan6.com, Senayan City, Jakarta, Rabu (26/7/2017).
Advertisement
Arie mengakui banyak kendala untuk menangkap para penyelundup atau pelanggar hukum di perairan. Di antaranya adalah keterbatasan peralatan.
"Kadang-kadang itu perairan dangkal sehingga kita juga susah menuju ke sana--Kalau saya sebutkan tempat sekarang ya mungkin bocor," ujar dia.
Untuk mengatasi kekurangan tersebut, kata Arie, pihaknya bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan, TNI AL, Bea Cukai, atau Kepolisian. Seperti dalam penindakan illegal fishing, pihaknya berkoordinasi dengan KKP.
Karena itu, kata Arie, untuk penindakan kasus illegal fishing, lebih banyak dilakukan KKP ketimbang Bakamla, mengingat minimnya kapal.
"Mungkin untuk sekarang ini KKP (lebih banyak menindak), karena kapalnya lebih banyak dan lebih siap. (Bakamla cuma enam kapal) kalau KKP ada 39," ungkap dia.
Namu, Arei mengaku, selama ini tidak ada ketimpangan saat penindakan kasus illegal fishing di laut.
"Justru karena Bakamla cuma ada enam kapal dan satu zona itu dua, saat operasi bersama yang banyak menangkap KKP," Arie menandaskan.
Polda Metro Jaya baru-baru ini mengungkap penyelundupan sabu satu ton asal Tiongkok di Anyer, Banten. Penyelundupan ini diduga melalui jalur laut wilayah barat Indonesia hingga ke Anyer. Selain sabu, polisi menangkap empat tersangka dalam kasus narkoba ini.
Saksikan video menarik berikut ini: