Liputan6.com, Jakarta - Meski belum ada manusia yan berhasil menginjakkan kaki di Planet Mars, jejak peradaban bumi telah mencemari planet merah ini. Sampah manusia yang telah mengotori permukaan Planet Mars ini tertangkap kamera Perseverance Mars Rover of NASA.
Sebagai informasi, perseverance adalah wahana penjelajah Mars yang dibuat oleh Jet Propulsion Laboratory untuk digunakan dalam misi Mars 2020. Misi utama penjelajahan Perseverance NASA adalah berburu tanda-tanda kehidupan mikroba pruba di dekat lokasi pendaratan Kawah Jezero, sebuah delta sungai purba di Planet.
Lokasi penemuan sampah peradaban manusia di Mars tersebut diketahui berada tidak begitu jauh dari lokasi penurunan robot penjelajah yang telah dikirimkan oleh tim. Jarak lokasi ditemukannya sampah manusia tersebut dengan lokasi penurunan robot penjelajah Planet Mars adalah sekitar 2 km lebih jauhnya.
Advertisement
Baca Juga
Salah satu sampah beradaban bumi yang sampai ke planet ini berasal dari wahana antariksa Mars 2 milik Uni Soviet. Melansir laman Space pada Rabu (01/01/2025), wahana Mars 2 mengalami kecelakaan di permukaan Mars dan meninggalkan sampah antariksa di sana.
Sampah-sampah ini meliputi puing-puing pesawat luar angkasa, parasut yang tidak terpakai, hingga jejak roda rover. Bahkan, bakteri dari bumi secara tidak sengaja turut terbawa ke Mars.
Kini para antropolog, dipimpin oleh peneliti dari Universitas Kansas Justin Holcomb, mendesak badan antariksa seperti NASA untuk membuat katalog objek-objek yang tersebar di Mars. Menurut Holcomb, benda-benda tersebut bukanlah sampah biasa, melainkan warisan berharga yang perlu dilestarikan.
Biasanya, istilah sampah antariksa mengacu pada puing-puing yang mengorbit bumi dan dapat membahayakan satelit maupun astronaut. Namun di Mars, sampah antariksa memiliki arti yang berbeda.
Â
Catatan Arkeologis
Puing-puing di Planet Merah ini dianggap sebagai catatan arkeologis tentang kehadiran manusia. Pendekatan ini bukan hal baru.
Pada 2012, NASA menerbitkan inventarisasi sekitar 800 benda yang ditinggalkan di Bulan. Sampah-sampah ini termasuk peralatan ilmiah, kamera, sepatu, bola golf, hingga kantong kotoran manusia milik para astronaut misi Apollo.
Tujuannya bukan hanya untuk mencatat pencemaran yang ditinggalkan, tetapi juga untuk melestarikan artefak bersejarah ini. Namun hal berbeda terjadi di permukaan Mars.
Sampah di permukaan Mars lebih cepat menghilang dari pada di permukaan Bulan. Lingkungannya yang ekstrem dengan radiasi kosmik, badai debu, dan perubahan suhu dapat merusak atau mengubur artefak dengan cepat.
Sebagai contoh, rover Spirit yang berhenti beroperasi pada 2010 kini berada di dekat gundukan pasir yang terus bergerak dan berpotensi mengubur sepenuhnya. Badai debu dan angin kencang merupakan ancaman utama terhadap pelestarian artefak di Mars.
Pada 2012, Orbiter Mars Reconnaissance menangkap fenomena "devil dust" dengan ketinggian mencapai 12 mil. Meski kadang-kadang mampu membersihkan panel surya, badai ini seringkali justru memperparah kerusakan.
Contoh lainnya adalah wahana InSight milik NASA, yang berhenti beroperasi pada tahun 2022 setelah panel suryanya tertutup debu Mars. Selain itu, bilah patah dari helikopter Ingenuity yang mengalami kerusakan fatal pada Januari 2024 kini hampir tidak terlihat di tengah luasnya lingkungan Mars.
(Tifani)
Advertisement