Liputan6.com, Rembang - Kenaikan harga garam membuat para perajin ikan asin di Muara Angke, Jakarta Utara terpaksa beralih profesi.Â
Seperti ditayangkan Fokus Indosiar, Senin (31/7/2017), deretan papan penjemur ikan yang kosong ini adalah milik Panimi, salah satu perajin ikan asin di Muara Angke.Â
Baca Juga
Panimi mengaku sudah bertahun-tahun menjadi pembuat ikan asin. Namun dalam tiga bulan ini dirinya beralih profesi menjadi penjual ikan basah akibat tak sanggup mengikuti harga garam yang terus merangkak naik.Â
Advertisement
Dari pada kerugian makin besar kini dia beralih menjual ikan basah.
Di sisi lain, harga jual garam yang menggiurkan, yakni Rp 4.000 per kilogram naik dari hanya Rp 700 per kilogramnya membuat para petani garam di Rembang, Jawa Tengah memilih untuk panen lebih dini.
Selain itu, turunnya hujan deras dalam beberapa pekan terakhir juga membuat petani khawatir garam mereka rusak.
Sementara, para petani garam lahan tambak pinggir jalur Pantura, Kaliori memanen garam meski baru berusia satu pekan. Padahal biasanya dibutuhkan waktu sekitar dua minggu.
Akibat dipanen lebih awal, jumlah yang dihasilkan hanya separuhnya, yaitu sekitar 3 ton per hektare. Berdasarkan data Dinas Kelautan dan Perikanan, Kabupaten Rembang, selama tahun 2017 ini produksi garam kurang dari 100 ton. Angka yang berbeda jauh apabila dibandingkan produksi garam tahun 2015 yang mencapai 180 ribu ton.