Yudi Latif: Peran Aktif RI di Konflik Rohingya Sesuai Pancasila

Yudi Latif mengatakan nilai-nilai kemanusiaan dalam Pancasila tidak memandang lokasi dan batas negara.

oleh Liputan6.com diperbarui 08 Sep 2017, 06:51 WIB
Diterbitkan 08 Sep 2017, 06:51 WIB
Doa Bersama Taruna Merah Putih Untuk Pilkada Damai
Ketua Unit Kerja Presiden Pembina Ideologi Pancasila (UKP-PIP) Yudi Latif

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Unit Kerja Presiden Pembina Ideologi Pancasila (UKP-PIP) Yudi Latif menilai langkah pemerintah yang mengambil peran atif dalam meredam konflik Rohingya merupakan pengamalan nilai kemanusiaan yang tertuang dalam Pancasila.

"Tragedi kemanusiaan di manapun akan menjadi kepedulian Pancasila, bahkan sensitivitas juga tidak dibatasi oleh lokalitas kebangsaan, tetapi bersifat umum dan berskala global," ujar Yudi Latief di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), di Malang, Jawa Timur, Kamis, 7 September 2017.

Tragedi Rohingya, kata dia, harus ditanggapi dengan teliti karena memiliki dimensi yang luas. Kepedulian sosial dan kemanusiaan jangan sampai memperkeruh konflik agama, sebab tidak menutup kemungkinan nanti justru menimbulkan korban kemanusiaan yang lebih besar jika salah langkah.

"Yang pasti, kita jangan mudah terkecoh. Permasalahan ini juga telah melibatkan pemerintah dan sudah diserakan kepada Menteri Luar Negeri RI serta LSM," ucap Yudi seperti dilansir dari Antara.

Dalam amanatnya di hadapan ribuan mahasiswa baru UMM tersebut, Yudi Latif secara khusus menyebut UMM sebagai miniaturnya Indonesia, karena adanya keterwakilan mahasiswa dari seluruh daerah di Indonesia. 

"Belum pernah saya datang ke kampus, dan semua suku ada. Tapi di UMM, semua suku ada," ujar dia.

Pancasila Titik Tuju Bernegara

Sebagai perekat keragaman suku dan agama, kata Yudi, Pancasila merupakan titik temu, titik pijak, dan titik tuju dalam setiap sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.

Tanpa Pancasila, masa depan bangsa Indonesia menjadi kabur dan tidak jelas arah dan tujuannya.

Lebih lanjut, Yudi mengatakan menanamkan nilai-nilai Pancasila pada anak muda tidak bisa dengan pemaksaan, apalagi tuntutan.

Tetapi, harus bisa memahami suasana kebatinan anak muda sekarang dan mengantarkannya dengan cara menarik.

"Sosialisasi Pancasila juga tidak bisa ditentukan oleh lama waktu penyampaian materi. Jika penyampaian tidak menarik, akan membuat generasi muda merasa bosan dan kemudian memicu rasa benci," Yudi Latif menandaskan.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya