Panglima TNI Ajak Warga Nonton Film G30S, Ini Kata Eks Kepala BIN

Hendro meyakini, aparat keamanan, baik TNI maupun Polri akan tanggap dan waspada bila muncul pergerakan yang mengarah pada gerakan komunisme

oleh Luqman Rimadi diperbarui 20 Sep 2017, 20:46 WIB
Diterbitkan 20 Sep 2017, 20:46 WIB
Hendropriyono
Abdullah Makhmud Hendropriyono (Liputan6.com/Andry Haryanto)

Liputan6.com, Jakarta - Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo memerintahkan jajarannya untuk menonton film Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia atau G30S/PKI. Tujuannya, untuk mencegah munculnya gerakan serupa.

Terkait perintah tersebut, mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Jenderal Purnawirawan TNI AM Hendropriyono menilai langkah itu sebagai upaya melarang pergerakan komunisme di Indonesia.

"Itu (penayangan film G30S) tanya sama Panglima, tapi saya yakin ini jelas komunisme dilarang. Kita kan punya TAP MPR. Kalau ada yang pakai ideologi komunis enggak ada tempat," ujar Hendropriyono di SCTV Tower, Senayan, Jakarta, Rabu (20/9/2017). 

Dia meyakini, aparat keamanan, baik TNI maupun Polri akan tanggap dan waspada bila muncul pergerakan yang mengarah pada gerakan komunisme.

Ketua Umum Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) ini menilai, yang terjadi saat ini, hanya sebagian kelompok yang menyuarakan polemik sejarah pada masa PKI masih ada.

"Kalau ada yang bikin seminar-seminar ya dilarang. Kalau kita curiga dengan yang pakai kaos komunis, suruh buka kaosnya. Jangan dibesar-besarkan seolah (PKI) bangkit lagi," kata Hendropriyono.

Terkait merebaknya isu kebangkitan komunis ini, dia menolak bila isu ini muncul karena ketidaktegasan Presiden Jokowi.

"Presiden tidak bisa disalahkan, sebagai Kepala Negara negara pekerrjaannya bukan cuma ini, dia harus manage negara, meliputi politik, hukum, sosial. Banyak yang dipikirkan," Hendropriyono menandaskan.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Anjuran Panglima TNI


Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo Gatot mengatakan pemutaran film G30S/PKI agar kekejaman komunis bisa diketahui masyarakat luas. Dia tidak sependapat jika pemutaran film itu dianggap untuk mendiskreditkan pihak tertentu.

"Sayalah yang memerintahkan jajaran dan mengimbau kepada masyarakat, untuk memutar film tersebut," tegas dia usai berziarah di Makam Soeharto di Astana Giribangun, Karanganyar, Jawa Tengah, Selasa (19/9/2017).

Gatot menjelaskan, dengan adanya pemutaran film yang sejatinya dilarang tayang pada 1998 itu, ia berharap generasi muda sekarang bisa mengerti. Dengan begitu, anak-anak muda kini tidak terprovokasi dengan paham komunis.

"Jangan sampai peristiwa atau tragedi mengerikan itu kembali terulang pada saat ini. Kalau tidak diingatkan, orang akan lupa, tidak tahu bahwa ada gerakan-gerakan seperti itu," kata dia.

Menurut Gatot, sejarah memungkinkan akan berulang kembali. Ia mencontohkan bagaimana gerakan komunis muncul dua kali pasca-kemerdekaan, yakni PKI di Madiun pada 1948 dan berulang pada 1965.

"Bangsa ini harus tetap bersatu, membangun, tanpa melupakan sejarah, karena sejarah itu cenderung berulang. Jangan sampai sejarah kelam itu kembali terulang," Gatot Nurmantyo menandaskan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya