Liputan6.com, Jakarta - Setara Institute menyatakan, DKI Jakarta menjadi kota di Indonesia yang mendapatkan peringkat pertama dengan katagori toleransi rendah pada 2017. Padahal dalam penelitian 2015, Jakarta menduduki peringkat 65 dari 94 kota yang dilakukan kajian terkait indeks kota toleran.
Peneliti Setara Institute, Halili mengatakan hal itu disebabkan penguatan intoleransi dan politisasi identitas keagamaan di DKI menjelang, saat, dan setelah Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2017.
"Perubahan signifikan pada indikator peristiwa pelanggaran kebebasan beragama dan berkeyakinan, pernyataan pemerintah dan tindakan nyata pertama," kata Halili di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (16/11/2017).
Advertisement
Dia menyebut, saat itu terjadi sebanyak 24 peristiwa pelanggaran kebebasan beragama dan berkeyakinan. Halili menjelaskan pada situasi itu, tidak terdapat pernyataan terobosan dan tindakan nyata dalam merespons pelanggaran yang ada.
Selanjutnya, dia membandingkan Jakarta dengan Bekasi yang melompat dari kedua terendah toleransinya ke peringkat 53 pada tahun 2017.
"Kemajuan signifikan ini pokoknya didorong oleh semakin positifnya standing pasition oleh wali kotanya dalam merespons peristiwa intoleran," papar Halili.
Sedangkan di lokasi yang sama, Wakil Ketua Setara Institute Bonar Tigor Naipospos menyatakan, hasil kota terendah toleransi itu tidak bisa digeneralisir semua masyarakat di kota itu intoleran.
Â
Jangan Digeneralisir
Kata dia, hasil itu bertujuan sebagai bahan evaluasi akan pengambilan kebijakan oleh pemerintah setempat.
"Jangan digeneralisir bahwa semua masyarakat itu tidak toleran. Ini semacam kritik untuk melihat dengan positif bagi pemerintah kota," jelas Bonar.
Kota lain yang mendapatkan skor terendah akan toleransi yakni Banda Aceh, Bogor, Cilegon, Depok, Yogyakarta, Banjarmasin, Makasar, Padang, dan Mataram.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Advertisement