Jokowi di Munas NU: Tidak Akan Beri Ruang Kepada Pemilik Paham Radikal

Presiden kembali memamparkan tentang kerukunan dalam keberagaman adalah aset demokrasi yang banyak dikagumi bangsa lain.

oleh Sunariyah diperbarui 24 Nov 2017, 06:29 WIB
Diterbitkan 24 Nov 2017, 06:29 WIB

Fokus, Nusa Tenggara Barat Pembukaan acara Munas dan Konferensi Besar Nahdlatul Ulama tingkat nasional oleh Presiden Joko Widodo dihadiri tidak kurang dari 10 ribu jemaah Nahdliyin. Pembukaan ditandai dengan pemukulan bedug bersama presiden dengan sejumlah pengurus besar NU, serta gubernur Nusa Tenggara Barat M. Zainul Majdi dan Menteri Agama Lukman Hakim Saifudin.

Seperti ditayangkan Fokus Pagi Indosiar, Jumat (24/11/2017), dalam sambutannya di hadapan warga Nahdliyin, Presiden kembali memamparkan tentang kerukunan dalam keberagaman adalah aset demokrasi yang banyak dikagumi bangsa lain.

Kondisi ini harus tetap dijaga dengan tidak memberikan ruang kepada siapapun pemilik paham radikal. Presiden juga menyatakan menunggu keputusan hasil konferensi dan rumusan musyawarah besar yang dihasilkan para Kiai NU sebagai bahan rujukan pemerintah.

Musyawarah Nasional dan Konferensi Besar Nahdlatul Ulama di Nusa Tenggara Barat mengangkat tema "Memperkokoh Nilai Kebangsaan Melalui Gerakan Deradikalisasi dan Penguatan Ekonomi Warga".

Munas rencananya digelar selama tiga hari dan akan membahas sejumlah persoalan seperti paham radikal dan intoleran, soal investasi dana haji, penggunaan frekuensi publik, serta masalah lain yakni tentang pengelolaan aset negara.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya