Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah berencana mempertemukan eks napi terorisme dengan korban teror. Ini merupakan salah satu langkah untuk deradikalisasi terorisme.
Menko Polhukam Wiranto menyampaikan hal itu usai memimpin rapat koordinasi khusus rencana program penanggulangan terorisme 2018. Hadir pula Menteri Sosial Idrus Marham, Kepala BNPT Suhardi Alius, Wakapolri Komjen Syafrudin, dan Kepala Staf Umum TNI Laksamana Madya Didit Herdiawan.
Baca Juga
"Sekarang kita sedang mengembangkan lagi suatu rekonsiliasi antara pelaku atau eks pelaku terorisme, narapidana terorisme dengan korban terorisme. Tadi sudah kita rapatkan dan akan kita lakukan nanti pada akhir bulan ini," ucap Wiranto di kantornya, Jakarta, Senin 5 Februari 2018.
Advertisement
Menurut dia, pemerintah ingin mencoba sesuatu yang berbeda dalam deradikalisasi. Dia menilai upaya pencegahan ini sangat baik dan manusiawi.
"Cara soft approach, dengan cara-cara yang sangat manusiawi. Di mana kita mencoba melakukan deradikalisasi para pelaku terorisme dan juga kita melakukan suatu langkah-langkah untuk mencegah berkembangnya terorisme," Wiranto menjelaskan.
150 Orang
Di tempat yang sama, Wakapolri Komjen Syafrudin mengatakan, sekitar ada 150 orang yang akan kena program pertama ini. Mereka akan dipertemukan langsung dengan korbannya.
"Yang sudah cool down tentunya, yang sudah selesai semuanya, yang sudah dibina oleh BNPT dan Densus dan semua pihak membina. Karena ini keterlibatan semua pihak itu akan direkonsiliasi, akan dipertemukan lah mereka sudah siap," jelas Syafrudin.
Dia pun menuturkan, untuk formula rekonsiliasinya sudah disiapkan. Sehingga tinggal dibicarakan lebih lanjut. "Ada formula yang akan dibicarakan selanjutnya nanti," tutur Syafrudin.
Kepala BNPT Suhadi Alius menuturkan, langkah ini diharapkan bisa menyejukkan suasana. Apalagi yang akan dihadapi kedatangan orang-orang yang sehabis belajar dari Suriah.
"Kita sebarkan sejukan kepada semua. Dan ada hal-hal yang perlu diwaspadai, rekruitmen Syriah (Suriah) khususnya. Karena mereka dididik sangat radikal dan itu harus diwaspadai," pungkas Suhadi.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement