Dibuka Menag, Festival Cap Go Meh Singkawang Sabet 4 Rekor MURI

Sapto Haryono menyatakan perayaan Cap Go Meh Singkawang merupakan simbol penghormatan pluralisme.

oleh Yusron Fahmi diperbarui 02 Mar 2018, 23:16 WIB
Diterbitkan 02 Mar 2018, 23:16 WIB
Yusron/Liputan6.com
Menag Lukman Hakim membuka Cap Go Meh di Singkawang.

Liputan6.com, Jakarta Festival Cap Go Meh 2018 Singkawang berlangsung meriah. Acara yang dibuka oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin itu, klimaks dengan penampilan para tatung pada Jumat 2 Maret 2018.

"Perayaan Cap Go Meh Singkawang ini salah satunya yang wajib dilestarikan, ini juga bentuk keberagaman bangsa Indonesia," ungkap Lukman Hakim yang hadir mewakili Presiden Jokowi.

Perayaan Cap Go Meh Singkawang tahun ini menorehkan empat rekor MURI sekaligus. Selain gerbang Cap Go Meh terbesar, ada 3 kriteria terbanyak. Ada kriteria replika naga, lampion, dan Tatung.

Rekor MURI ini pun menjadi penyedap parade 1.129 Tatung yang dimulai pukul 07.00 WIB. 

"Kerukunan itu sumber kekuatan bangsa. Singkawang ini sangat potensial untuk menarik wisatawan lebih banyak," ujar Menag melalui pesan tertulis.

Penghormatan Pluralisme

Yusron/Liputan6.com
Cap Go Meh di Singkawang dibuka oleh Menag Lukman Hakim.

Kepala Bidang Pemasaran Area III, Asdep Pengembangan Pemasaran I Regional 2 Kemenpar, Sapto Haryono menyatakan perayaan Cap Go Meh Singkawang merupakan simbol penghormatan pluralisme. 

Menurutnya, ini merupakan kearifan lokal yang harus dilestarikan. Untuk itu, perlu mendapat dukungan semua pihak terkait yakni unsur penthahelix. 

Selain itu, imbuh Sapto, agar terkomunikasikan dengan baik semua sasaran dan target pariwisata, event harus melibatkan semua komponen masyarakat untuk menjadi agen promosi.

"Dan jangan lupa, untuk memanfaatkan media sosial sebagai wahana promosi, karena promosi dengan cara ini low budget high impact," kata dia.

Di samping itu, kata dia, pemerintah daerah perlu memperhatikan amenitas dengan memperbaiki kualitas destinasinya, dengan memperbanyak fasilitas yang dibutuhkan, misalkan standar toilet umum di tempat-tempat objek wisata dengan cara co-branding dengan industri tanpa menggunakan APBD.

"Berhasil atau tidaknya nawa cita presiden dan target pariwisata itu butuh kesungguhan kabupaten kota, dalam hal ini komitmen kepala daerah yang punya destinasi di kabupaten atau kota. Kami di pusat hanya menjadi fasilitator saja untuk mendukung kesuksesan pariwisata,"beber Sapto. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya