Aroma Gas Masih Tercium di Ledakan Sumur Minyak di Aceh

Tim telah melakukan upaya pengamanan limbah di ledakan sumur minyak di Aceh.

oleh Liputan6.com diperbarui 30 Apr 2018, 09:48 WIB
Diterbitkan 30 Apr 2018, 09:48 WIB
Kebakaran Sumur Minyak di Peureulak Aceh, Telan Korban (ILYAS ISMAIL AFP)
Kebakaran Sumur Minyak di Peureulak Aceh, Telan Korban (ILYAS ISMAIL AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Aroma gas masih terasa dari semburan sumur minyak di Kabupaten Aceh Timur. Saat ini tim teknis terkait sedang memetakan langkah yang dilakukan demi menutup sumur minyak tersebut secara permanen.

"Bau gas, masih terasa. Tapi saat ini petugas terkait, sedang melakukan survei demi temukan langkah apa yang dibutuhkan terhadap sumur minyak itu," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) Teuku Ahmad Dadek di Banda Aceh, Senin (30/4).

Ia mengatakan, tim lapangan tepatnya di Gampong (Desa) Pasir Putih, Rantau Peureulak, Aceh Timur, telah melakukan upaya pengamanan limbah, supaya tidak mencemari lingkungan sekitar.

Data pihaknya, ledakan dan terbakarnya sumur minyak di gampong tersebut pada Rabu 25 April 2018  dini hari itu menewaskan 21 orang, termasuk lima korban meninggal di tempat.

Terdapat 39 orang luka bakar serius, lima rumah terbakar, dan 198 orang mengungsi ke kerabat terdekat akibat ledakan terjadi di saat warga setempat sedang mengumpulkan minyak mentah.

"Tentunya tim lakukan upaya mitigasi, agar kebakaran tidak tersulut kembali. Meski kandungan dari semburan di sumur minyak itu, 85 persennya adalah air," ucap Dadek.

 

Semburan Capai 30 Meter

Sumur Minyak di Aceh Timur Meledak
Petugas pemadam kebakaran berada di lokasi kebakaran pengeboran sumur minyak ilegal milik warga di Peureulak, Provinsi Aceh, Rabu (25/4). Ledakan diduga terjadi saat berlangsungnya penggalian untuk menyedot minyak mentah dari perut bumi (ILYAS ISMAIL/AFP)

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Timur, Syahrizal Fauzi, pekan lalu mengatakan, tekanan semburan dari [sumur minyak]( "") itu masih mencapai 30 meter dari permukaan tanah.

Selain itu, dia menerangkan, arah angin juga tidak menentu, sehingga radius hingga 200 meter sangat membahayakan terhadap masyarakat setempat.

"Radius 200 meter sangat berbahaya untuk kesehatan, sehingga kita haruskan seluruh Satgas BPBD yang diposkan disana untuk selalu mengenakan masker setiap saat," tegas Syahrizal seperti dikutip dari Antara.

 

Saksikan video menarik berikut ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya