Liputan6.com, Jakarta - Puluhan pilot Garuda Indonesia protes terhadap kondisi perusahaan saat ini. Ketua umum Serikat Karyawan Garuda (Sekarga) Ahmad Irfan Nasution menjelaskan, kondisi keuangan Garuda semakin menurun dilihat dari net profit loss atau rugi bersih 2017 yang naik signifikan yakni $ 213,38 juta dollar dari tahun sebelumnya yang hanya $9,36 juta.
Seperti ditayangkan Liputan6 SCTV, Kamis(3/5/2018), menurut Sekarga, hal ini diakibatkan kegagalan manajemen PT Garuda Indonesia di antaranya dalam penjadwalan kru. Sehingga adanya pembatalan dan penundaan penerbangan, adanya jabatan direktur kargo yang tidak dibutuhkan. Dan hanya menambah biaya organisasi serta nilai saham yang semakin merosot di level 286 per saham pada penutupan perdagangan akhir April lalu dibanding pada pembukaan harga saat IPO yang mencapai Rp 750 lembar saham.
Sekarga meminta Presiden Jokowi, Kementerian BUMN serta para pemegang saham segera merestrukturisasi Direksi Garuda Indonesia dengan mencabut direktur kargo yang dianggap tidak dibutuhkan. Serta mencabut direktur personalia yang membuat kebijakan yang bertentangan dengan perjanjian kerja bersama tanpa berunding dengan pihak pekerja yaitu meniadakan antar jemput Pilot Garuda.
Advertisement
Tuntutan ini berlaku selama 30 hari kerja. Jika tidak dipenuhi, 1370 pilot yang tergabung dalam asosiasi Pilot Garuda akan melakukan mogok kerja dan tentu akan berdampak signifikan pada penerbangan.
Direksi Maskapai Garuda Indonesia membuka pintu dialog terkait ancaman mogok kerja yang akan dilakukan karyawan Garuda yang tergabung dalam serikat bersama. Asosiasi Pilot Garuda dan serikat karyawan Garuda Indonesia. Ancaman mogok kerja dilakukan dalam menyikapi kondisi operasional dan keuangan yang mengakibatkan perusahaan plat merah ini merugi.