Ini Hasil Visum Korban Tewas Pembagian Sembako Maut di Monas

Polisi mulai bisa mengetahui penyebab tewasnya korban Rizki dalam kegiatan pembagian sembako di Monas.

oleh Liputan6.com diperbarui 08 Mei 2018, 20:31 WIB
Diterbitkan 08 Mei 2018, 20:31 WIB
Ribuan warga menyambangi Monas dalam kegiatan bagi-bagi sembako
Ribuan warga menyambangi Monas dalam kegiatan bagi-bagi sembako (Liputan6.com/ Ady Anugrahadi)

Liputan6.com, Jakarta - Penyidik Jatanras Polda Metro Jaya telah menerima hasil visum Rizki, korban tewas dalam acara bagi-bagi sembako di Monas, Jakarta Pusat, beberapa hari lalu. Hasil itu diperoleh saat pemeriksaan dokter Rumah Sakit Tarakan, Jakarta Pusat di Polda Metro Jaya.

"Hasilnya tentang pemberian visum. Sebab kematian korban. Dan riwayat sakit korban," ujar Kasubdit Jatanras Polda Metro Jaya AKBP Jerry Siagian saat dikonfirmasi, Selasa (8/5/2018).

Hasil visum menyebut Rizki menderita heat stroke yang membuatnya mengalami gagal napas. Heat stroke disebabkan demam tinggi yang dialami.

"Karena heat stroke. Yang mengakibatkan gagal napas," katanya.

Namun, lanjutnya, demam tinggi itu berdasarkan visum bukan karena korban terinjak-injak dalam antrean pembagian sembako. Tapi, belum bisa dipastikan penyebab demam tinggi yang dialami Rizki.

Meski demikian polisi masih mencari pelaku yang bertanggungjawab atas peristiwa itu.

"Tidak ada luka memar atau terinjak injak hasil dokter. Sekarang kita cari dulu sebab kematiannya, lalu siapa yang bertanggung jawab," pungkasnya.

Sebelumnya, kegiatan pembagian sembako di Monas pada Sabtu 28 April 2018 mengakibatkan dua anak meninggal dunia. 

 

 

Saksikan video pilihan di bawah ini

Klaim Panitia

Ribuan warga menyambangi Monas dalam kegiatan bagi-bagi sembako
Ribuan warga menyambangi Monas dalam kegiatan bagi-bagi sembako (Liputan6.com/ Ady Anugrahadi)

Sebelumnya, pengacara ketua panitia acara bagi-bagi sembako, Hendry Indraguna, mengatakan bocah yang meninggal di Monas pada Sabtu, 28 April lalu, bukan saat mengantre sembako, melainkan saat mengantre makanan.

"Waktu kemarin saat islah, Ibu Kokom (Komariyah, ibunda korban) mengatakan, Beliau mengantre di makanan, bukan di sembako," tutur Hendry di Mapolda Metro Jaya, Senin malam, 7 Mei 2018.

Karena itu, Hendry meminta tidak ada lagi istilah sembako maut. "Jadi kalau ada kata sembako maut itu salah, harus diganti," sambungnya.

Dia juga menyebutkan, korban meninggal karena terinjak-injak.

"Ibu Kokom pada saat bertemu, ya bukan diinjak-injak tapi terinjak-injak, kata terinjak-injak itu konotasinya tidak sengaja, ya namanya kerumunan massa," ucap Hendry.

Meski demikian, panitia menyerahkan sepenuhnya pengusutan kasus tersebut kepada kepolisian.

"Tapi yang jelas kami kembalikan ke Polri khususnya Polda Metro, khususnya Ditreskrimum kami percayakan untuk membuka fakta (bagi-bagi sembako di Monas) yang seadil-adilnya," Hendry menegaskan.

 

Reporter : Ronald

Sumber  : Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya