Polri Indetifikasi 40 Napi Teroris Radikal di Mako Brimob

Hal ini dilakukan usai pecahnya kerusuhan di rutan teroris Mako Brimob yang berakibat fatal dengan meninggalnya lima anggota Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri.

oleh Ady Anugrahadi diperbarui 10 Mei 2018, 05:52 WIB
Diterbitkan 10 Mei 2018, 05:52 WIB
Melihat Suasana Terkini Gerbang Mako Brimob Usai Kerusuhan
Personel Brimob berjaga di depan pintu gerbang Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, Rabu (9/5). Enam orang dilaporkan meninggal dalam kerusuhan yang terjadi di Mako Brimob. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Depok - Polri mengidentifikasi sejumlah napi teroris radikal di Mako Brimob. Hal ini dilakukan usai pecahnya kerusuhan di rutan teroris Mako Brimob yang berakibat fatal dengan meninggalnya lima anggota Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri.

"Sekira 30 sampai 40 napi dikategorikan keras," kata Kepala Divisi Humas Mabes Polri, Irjen Setyo Wasisto, di Mako Brimob, Kamis (10/5/2018).

Setyo menjelaskan, napi yang masuk dalam kategori keras atau radikal ini, kerap memprovokasi narapidana lainnya untuk bertindak anarkistis. Setyo khawatir mereka akan menyandera napi lainnya.

"Kalau mereka nyandera yang lain kan bahaya juga," ujar Setyo.

Dia mengatakan, napi di Mako Brimob yang memberontak tetap diberikan asupan makanan. Tercatat, ada 150 nasi bungkus yang dikirim melalui tim negosiator dini hari tadi.

"Jadi begini polri memperhatikan nyawa manusia kita tidak mau ada korban lebih. Pokoknya kami 150 nasi bungkus," kata Setyo.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Melalui Negosiator

Melihat Suasana Terkini Gerbang Mako Brimob Usai Kerusuhan
Kendaraan lapis baja terparkir di depan pintu gerbang Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, Rabu (9/5). Kerusuhan napi teroris yang terjadi di Mako Brimob menyebabkan penjagaan di kawasan tersebut terus diperketat. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Diapun memberitahu cara polisi mendistribuksikan makanan yaitu dengan meminta bantuan tim negosiator dengan membuat perjanjian.

"Ada perjanjian ketika sedang kirim makanan jangan ditembak," ungkap Setyo.

Demikian pula ketika mengambil jasad korban keberingasan narapidana. "Samalah (negosiasi)," ujar dia.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya