Polri Libatkan Kopassus Tangkap Sel Teroris Pascakeributan Mako Brimob

Polri melibatkan Kopassus untuk menangkap sel teroris pascakeributan Mako Brimob.

oleh Nafiysul Qodar diperbarui 16 Mei 2018, 16:44 WIB
Diterbitkan 16 Mei 2018, 16:44 WIB
Pengungkapan Kasus Teroris
Kepala Divisi Humas Mabes Polri Inspektur Jenderal Pol Setyo Wasisto (tengah) menunjukan barang bukti yang berhasil diamankan saat gelar rilis Pengungkapan Kasus Teroris dan Gelar BB di Divhumas Polri, Jakarta, Kamis (22/6). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Polri mendapatkan bantuan dari Komando Pasukan Khusus (Kopassus) dalam penangkapan anggota sel-sel atau jaringan teroris di sejumlah daerah di Indonesia.

Hal itu dilakukan pascakeributan yang terjadi di Rutan Cabang Salemba Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, serta aksi bom bunuh diri di Surabaya dan Sidoarjo, Jawa Timur, belum lama ini.

"Kopassus sudah ikut masuk. Pak Kapolri sudah sampaikan," ujar Kadiv Humas Polri Irjen Setyo Wasisto di kantornya, Jakarta Selatan, Rabu (16/5/2018).

Polri melakukan sejumlah operasi penangkapan beberapa terduga anggota kelompok teroris di berbagai tempat belakangan ini. Setyo mengklaim, pasukan elite TNI tersebut sudah dilibatkan sejak awal.

"Sudah kerja sama dengan Brimob di lapangan dalam hal penggrebekan-penggerebekan. Penangkapan-penangkapan ini sudah melibatkan Kopassus," tuturnya.

Tak hanya itu, pasukan TNI juga dilibatkan dalam pengamanan sejumlah objek vital. "Iya, itu pasti," ucap Setyo singkat.

Saksikan video pilihan di bawah ini

Dilibatkan Bila Eskalasi Meningkat

Kepala Staf Kepresidenan Jenderal TNI (purn) Moeldoko pun mengakui pemerintah akan melibatkan TNI jika intensitas teror meningkat dan kondisi Indonesia darurat.

"Pasti, ya pasti (re: akan dilibatkan). Itu tergantung spektrumnya, kalo spektrumnya sudah menuju ke medium sampai high intencity ya di situlah kira-kira pelibatannya," kata Moeldoko di Kantor Wakil Presiden Jusuf Kalla, Jl Merdeka Utara,Rabu (16/05).

Dia menilai kondisi Indonesia saat ini sudah mencapai intensitas menengah atau medium high. Terlihat dimulai dari kerusuhan para teroris di Mako Brimob, Depok, Jawa Barat, kemudian di susul bom bunuh diri yang di tiga gereja di Surabaya, Minggu (13/5) lalu.

Setelah itu, di Mapolrestabes Surabaya terjadi lagi kejadian bom bunuh diri yang berlangsung pada Senin (14/5). Pada Rabu (16/05) hari ini pun terjadi kembali aksi penyerangan di Mapolda Riau, yang diduga diserang oleh para teroris.

"Ini sudah medium," ungkap Moeldoko.

Sementara Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Wiranto juga menjamin pelibatan TNI tak akan membuat TNI menjadi superior dan kembali ke zaman Orde Baru yang berkuasa.

"Kan kita tahu bahwa terorisme ini tidak bisa dihadapi dengan sepotong-potong, dia bergerak total, kita dihadapi dengan total. Jadi tidak mungkin kita punya kekuatan yang tidak total dan terorisme menggunakan kekuatan yang total. Maka logikanya, rasionalitasnya TNI harus dilibatkan dengan aturan tertentu," kata Wiranto di rumah dinasnya, Jl Denpasar No 9, Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (14/5).

Mantan Panglima ABRI era Soeharto ini menekankan, masyarakat tak perlu khawatir tentang pelibatan TNI. Sebab, menurutnya, peran militer sangat membantu Polri dalam membasmi terorisme secara total. Dia juga tak ingin kekuatan aparat yang ada tak diberdayakan karena terpasung oleh negara.

"Jangan sampai kekhawatiran-kekhawatiran kita masa lalu TNI akan superior, akan kembali ke orde-orde sebelumya, ada junta militer, sudahlah itu saya kira saya jamin tidak akan kembali kesana, itu sudah selesai masa itu," kata Wiranto.

Reporter: Intan Umbari Prihatin

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya