Bantah Ada Masjid Radikal di DKI, DMI: Hati-Hati Berbicara

Wakil Ketua DMI menegaskan tak tepat mengalamatkan masjid sebagai tempat penyebaran paham radikal.

oleh Liputan6.com diperbarui 09 Jun 2018, 14:45 WIB
Diterbitkan 09 Jun 2018, 14:45 WIB
Wakil Ketua Umum DMI Komjen Syafruddin
Wakil Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI), Komjen Syafruddin usai salat Jumat di Masjid Raya Al Ittihad, Jakarta, Jumat (13/4). Syafruddin melaksanakan salat Jumat di Masjid Raya Al Ittihad. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI), Komjen Pol Syafruddin, membantah ada masjid di DKI Jakarta yang dijadikan tempat penyebaran radikalisme. Ia mengimbau semua pihak berhenti berpolemik terkait hal itu.

"Jadi ini bulan Ramadan. Jangan kita banyak berpolemik, (menggiring) opini publik," jelasnya di Kantor DMI, Jakarta Selatan, Sabtu (9/6/2018).

Beberapa waktu lalu, Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga S Uno menyampaikan ada 40 masjid yang menyebarkan paham radikal di Jakarta. Dia mengaku mendapatkan data dari putri Gus Dur, Alissa Wahid.

Pernyataan Sandi menggelinding. Bagi Syafurddin, tak elok jika masjid yang merupakan tempat suci dipolemikkan.

Syafruddin mengatakan informasi itu juga telah dibantah dan luruskan. Ia menegaskan tak tepat mengalamatkan masjid sebagai tempat penyebaran paham radikal.

"Tempat ibadah dan tempat suci masjid itu supaya kita jaga bersama. Supaya kita juga hati-hati berbicara," ujar Wakapolri ini.

"Di situ masjid. Gimana mau radikal. Tempat ibadah, tempat suci. Tidak ada. Pokoknya saya konsisten membantah itu bahwa pasti masjid tidak ada tempat begituan," lanjutnya.

Ia mengatakan masjid harus dijaga dari penceramah yang radikal. DMI mengimbau kepada pengurus, takmir, dan marbut agar ikut menjaganya.

 

 

Tempat Pererat Persaudaraan

Masjid hendaknya dijadikan tempat membangun dan mempererat persaudaraan antar umat Islam (ukhuwah Islamiyah).

"Makanya program kita itu adalah program yang soft. Yaitu kebersihan, estetika, ekonomi berbasis masjid, wisata religi berbasis masjid, itu semua soft. Silakan masyarakat mengambil pilihan-pilihan yang soft approach. Kalau istilahnya saya itu selalu melakukan pendekatan soft approach," pungkasnya.

 

Reporter: Hari Ariyanti 

Sumber: Merdeka.com

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya