4 Pengakuan Mengejutkan Penjambret Cempaka Putih yang Tewaskan Penumpang Gojek

Setelah beberapa hari buron, jambret penumpang gojek hingga tewas di Cempaka Putih itu akhirnya menyerahkan diri. Apa pengakuannya?

oleh Muhammad AliAdy Anugrahadi diperbarui 09 Jul 2018, 14:25 WIB
Diterbitkan 09 Jul 2018, 14:25 WIB
Penjambret Cempaka Putih
Penjambret Cempaka Putih, Sandi Haryanto menyerahkan diri ke polisi. (Liputan6.com/Ady Anugrahadi)

Liputan6.com, Jakarta - Penjambret Cempaka Putih akhirnya menyerahkan diri setelah beberapa hari buron. Akibat ulah penjambret tersebut, Warsilah yang kala itu menjadi penumpang gojek jatuh terluka hingga mengembuskan napas terakhir dalam perjalanan menuju Rumah Sakit Mitra Kemayoran, Jakarta Pusat.

Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan, AKBP Stevanus Tamuntuan mengatakan, Penyidik Satreskrim Polres Jakarta Pusat sudah mengendus keberadaan penjambret Cempaka Putih tersebut. Pelaku diketahui di kawasan Jakarta Selatan.

"Pelaku terdeteksi penyidik Satuan Reskrim Polres Metro Jakarta Pusat ada di wilayah Jagakarsa Jakarta Selatan. Persembunyian itu setelah rumah pelaku di digerebek dan digeledah namun hasilnya pelaku tidak ditemukan di tempat tersebut," papar dia dalam keterangan tertulisnya, Minggu malam (8/7/2018).

Penjambret yang diketahui bernama Sandi Haryanto (27) itu menyerahkan diri ke Polses Jagakarsa pada Minggu sore, 8 Juli 2018. Dia pun kini telah diserahkan kepada Kanit Resmob Polres Jakarta Pusat dan dibuatkan Berita Acara.

Dalam pemeriksaannya, Sandi mengungkapkan sejumlah pengakuannya terkait aksi penjambretan di Cempaka Putih itu. Apa saja?

 

Delapan Kali Beraksi

Penjambret Cempak Putih
Motor yang digunakan Sandi dalam melakukan aksi penjambretan di Cempaka Putih. (Liputan6.com/Ady Anugrahadi)

Sandi Haryanto (27) mengakhiri aksi buronnya usai menjambret seorang penumpang ojek online pada 1 Juli 2018. Akibat aksinya itu, penumpang bernama Warsilah (37) tewas karena luka yang dialaminya.

Wakapolres Metro Jakarta Pusat Ajun Komisaris Besar Arie Ardian mengatakan, pelaku merupakan pemain lama. Tercatat dia sudah delapan kali menjambret. Wilayahnya di Jakarta Timur dan Jakarta Pusat.

"Dari delapan kali kejadian semua yang diambil handphone dan tas," kata Arie, Senin (9/7/2018).

Terakhir kalinya, korbannya bernama Warsilah. Arie mengatakan, saat itu pelaku sedang mengitari ruas Jalan Cililitan hingga Rawasari. Di Rawasari, pelaku menemukan mangsa. Belakangan diketahui adalah Warsilah.

Korban dibuntuti hingga ke Jalan Jenderal Ahmad Yani, Cempaka Putih, Jakarta Pusat.

"Kejadian 1 Juli pukul 08.40 pada pagi hari. Di lokasi, dia menarik tas korban. Karena refleks menahan tasnya, korban jadi terjatuh," ujar dia.

 

2. Biayai Orangtua di Kampung

Penjambret Cempaka Putih
Barang bukti penjambretan di Cempaka Putih. (Liputan6.com/Ady Anugrahadi)

Di depan awak media, Sandi Haryanto mengaku profesi utamanya adalah sopir angkot Mikrolet M53 Jurusan Terminal Pulo Gadung - Kota. Karena terhimpit ekonomi, dia beralih profesi menjadi penjambret. Tercatat sudah delapan kali dia beraksi.

"Tujuannya ambil barang-barang untuk kebutuhan sehari-hari, lalu membiayai orangtua saya di kampung. Sisanya untuk bayar tunggakan setoran," ujar dia.

Adapun waktunya beraksi antara jam 06.00 hingga 08.00 pagi. "Mulainya sejak Lebaran kemarin, Bang. Seminggu biasanya tiga kali jambret," ungkap dia.

Sandi melanjutkan, lokasi menjambret yang dipilih hanyalah Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Alasannya karena situasinya sangat mendukung.

"Situasi jalan di Cempaka Putih sepi. Dari situ sampai jalan layang saja, karena jalanannya sepi," ungkap dia.

 

3. Dihantui Perasaan Bersalah

Penjambret Cempaka Putih
Polisi menggelar jumpa pers terkait penjambretan di Cempaka Putih. (Liputan6.com/Ady Anugrahadi)

Sandi Haryanto, (27) pelaku jambret di Cempaka Putih, Jakarta Pusat yang menewaskan perempuan penumpang ojek online menyerahkan diri ke polisi. Dia mengaku dihantui perasaan bersalah selama pelariannya.

Sandi menjelaskan, perasaan gelisah muncul sejak mengetahui korban yang dijambret meninggal dunia dari media online.

"Selang tiga hari perasaan saya jadi nggak tenang, saya merasa bersalah. Bawaannya gelisah," ujar dia, Senin (9/7/2018).

Perasaannya selama pelarian, kata Sandi sangat tak karuan. Dia kerap terbayang wajah korban jambret di Cempaka Putih.

"Saya tujuh hari wara-wari di jalan. Saya bingung saya mau ke mana. Saya di bayang-bayang wajah korban. Perasaan jadi takut dan gelisah," ungkap dia.

Dia mengatakan, selama tujuh kali menjambret belum ada satupun korbannya sampai meninggal dunia.

"Yang ini tewas karena terjatuh mempertahankan barangnya. Dan saya baru tahu korban tewas tiga hari setelahnya," ujar Sandi.

 

4. Minta Solusi ke Paman

Penjambret Cempaka Putih
Penjambret Cempaka Putih, Sandi Haryanto menyerahkan diri ke polisi. (Liputan6.com/Ady Anugrahadi)

Sandi mengaku memutuskan menemui pamannya pada Minggu 8 Juli 2018 untuk curhat dan meminta solusi.

"Saya cerita dengan sejujurnya kali ini saya punya masalah," terang dia.

Usai bercerita panjang. Sandi meminta diantar ke kantor polisi terdekat.

"Saya bilang, tolong antarkan saya ke kantor polisi terdekat karena saya punya masalah seperti ini akhirnya beliau mau mengantarkan saya," tandas Sandi.

 

Saksikan tayangan video menarik berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya