Temuan Berlian di Merkurius dan Ragam Penjelasannya

Awalnya, para ilmuwan mengira planet Merkurius serupa bongkahan batu sederhana yang ukurannya sedikit lebih besar dari bulan, satelit alami bumi. Menariknya, para ilmuwan menemukan rahasia tersembunyi di balik permukaannya yang hangus, yakni lapisan berlian tebal

oleh Switzy Sabandar Diperbarui 24 Apr 2025, 05:00 WIB
Diterbitkan 24 Apr 2025, 05:00 WIB
Planet Merkurius
Planet Merkurius (Sumber: Pinterest/fatima)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Merkurius merupakan planet ketujuh dalam sistem tata surya Bima Sakti. Planet ini menjadi yang paling dekat dengan matahari.

Awalnya, para ilmuwan mengira planet Merkurius serupa bongkahan batu sederhana yang ukurannya sedikit lebih besar dari bulan, satelit alami bumi. Menariknya, para ilmuwan menemukan rahasia tersembunyi di balik permukaannya yang hangus, yakni lapisan berlian tebal

Melansir laman Live Science pada Rabu (23/04/2025), berlian tersebut hampir pasti tidak dapat ditambang namun dapat membantu memecahkan beberapa misteri terbesar planet Merkurius, seperti komposisi planet dan medan magnet anehnya. Berikut fakta-fakta penemuan berlian di Merkurius.

1. Hantaman Meteor dan Transformasi Grafit

Salah satu alasan utama terbentuknya berlian di Merkurius adalah akibat dari hantaman meteor selama miliaran tahun. Permukaan Merkurius yang bopeng merupakan bukti nyata aktivitas tumbukan ini.

Menariknya, permukaannya kaya akan grafit, bentuk karbon murni yang lembut. Ketika asteroid menghantam permukaan ini dengan tekanan dan suhu ekstrem, karbon grafit berubah struktur menjadi berlian, bentuk karbon yang paling keras dan stabil.

Ilmuwan memperkirakan bahwa proses ini telah menghasilkan triliunan ton berlian mikroskopis yang tersebar di seluruh permukaan planet. Penemuan ini didukung oleh eksperimen di laboratorium di Bumi, yang menunjukkan bahwa grafit dapat berubah menjadi berlian dalam kondisi tekanan dan suhu tinggi yang serupa.

2. Tekanan dari Dalam Planet

Bukan hanya tumbukan luar angkasa yang menjadi pemicu pembentukan berlian. Penelitian dari tim ilmuwan Tiongkok dan Belgia yang dilansir dari laman Phys (23/04/2025), menunjukkan bahwa tekanan dari dalam planet juga berperan besar. Mereka mengkaji batas inti dan mantel (core-mantle boundary/CMB) Merkurius, yang memiliki tekanan sekitar 5,575 GPa, cukup tinggi untuk membentuk berlian secara alami dari grafit.

Dengan kandungan sulfur sekitar 11 persen dan suhu di lautan magma Merkurius yang diperkirakan berubah sebesar 358 Kelvin, para peneliti menyimpulkan bahwa kristalisasi inti planet telah menciptakan lapisan berlian setebal 15 hingga 18 kilometer di kedalaman CMB. Kondisi ini menjadikan Merkurius sebagai kandidat planet dengan lapisan berlian alami yang paling tebal di tata surya.

 

Penjelajahan Langsung

3. Menunggu Misi BepiColombo: Penjelajahan Langsung

Untuk mengonfirmasi berbagai temuan ini, para ilmuwan kini menunggu data dari misi gabungan Eropa dan Jepang, BepiColombo, yang dijadwalkan akan tiba di orbit Merkurius pada 2025. Dilengkapi dengan kamera dan instrumen beresolusi tinggi, BepiColombo bertujuan memetakan permukaan dan struktur internal Merkurius dengan detail belum pernah tercapai sebelumnya.

Misi ini diharapkan dapat membantu menjawab pertanyaan penting mengenai bagaimana berlian terbentuk dan tersebar di Merkurius, serta bagaimana dinamika internal planet ini memengaruhi medan magnetnya yang aneh dan tidak lazim.

4. Menyimpan Hingga 16 Kuadriliun Ton Berlian

Sebuah studi terbaru yang dipresentasikan di Lunar and Planetary Science Conference (LPSC) di Houston, Texas, memperkirakan bahwa Merkurius mungkin menyimpan hingga 16 kuadriliun ton berlian. Angka yang luar biasa ini didasarkan pada asumsi bahwa sebagian besar permukaan Merkurius awalnya dilapisi oleh grafit.

Hantaman dari meteorit, asteroid, dan komet selama sejarah awal tata surya mungkin telah mengubah lapisan ini menjadi hamparan berlian mikro.

Apakah Berlian di Merkurius Bisa Ditambang?

Sayangnya, berlian di Merkurius hampir pasti tidak dapat ditambang dengan teknologi saat ini. Selain jaraknya yang ekstrem dari bumi dan kondisi lingkungan yang sangat keras (suhu ekstrem, radiasi tinggi, dan medan magnet yang tidak stabil), ukuran berlian yang sangat kecil membuat proses penambangan secara ekonomi menjadi tidak layak.

Namun demikian, studi mengenai berlian di Merkurius membuka peluang besar dalam memahami evolusi planet berbatu, komposisi mineralogi awal tata surya, dan bagaimana planet-planet seperti bumi mungkin juga pernah mengalami proses serupa di masa lalu.

(Tifani)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Produksi Liputan6.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya