Liputan6.com, Jakarta - Petugas Air Traffic Controller (ATC), Anthonius Gunawan Agung, benar-benar menjadi pahlawan pada saat gempa menerjang Kota Palu, Sulawesi Tengah, Jumat sore, 28 September 2018 kemarin.
Agung, begitu ia akrab disapa. Saat itu ia tengah bertugas untuk memandu setiap pesawat yang hendak lepas landas meninggalkan bandara. Tugas ini tak bisa dianggap remeh, karena tanpa petunjuk darinya pesawat tidak lepas landas.
Waktu menunjukkan pukul 17.55 Wita, beberapa menit sebelum gempa Palu terjadi sebuah pesawat hendak lepas landas dari Kota Palu menuju Kota Makassar. Pesawat itu membawa tujuh kru dan 148 penumpang.
Advertisement
Agung tak bertugas sendiri kala itu. Ia didampingi seorang asisten. Saat getaran gempa mulai terasa, Agung memerintahkan asistennya untuk menyelamatkan diri dan segera turun dari atas menara.
"Dia bilang ke asistennya untuk turun duluan, karena sudah gempa, sementara dia tetap tinggal untuk memandu pesawat take-off," kata Direktur Utama Air Nav Indonesia, Novie Ryanto Rahardjo, saat ditemui di rumah duka tempat jenazah Agung disemayamkan, di Jalan Onta Baru, Makassar, Sabtu malam, 29 September 2018.
Dengan tenang, Agung kemudian memandu pesawat Batik Air itu hingga benar-benar lepas landas dari Bandara Mutiara Sis Al Jufri Palu. Sesaat setelah pesawat itu terbang, getaran gempa Palu pun semakin kuat.
Â
Saksikan video menarik berikut ini:
Â
Melompat dari Lantai 4
Agung tak punya pilihan lain. Ia terpaksa melompat dari kabin lantai empat menara tersebut. Akibatnya, kaki Agung patah. Ia juga mengalami luka dalam karena lompat dari tempat setinggi itu.
Teman-teman Agung tak tinggal diam. Mereka berusaha menyelamatkan nyawa Agung. Agung sempat dilarikan ke rumah sakit terdekat.
Ternyata luka dalam yang diderita Agung cukup parah. Ia harus mendapat perawatan yang lebih baik. Pihak Rumah Sakit setempat menyarankan agar Agung dibawa ke rumah sakit yang lebih baik, karena keterbatasan peralatan yang mereka punya.
Pihak Air Nav juga tidak tinggal diam. Mereka mendatangkan helikopter dari Balikpapan untuk menolong Agung. Namun, karena kondisi landasan bandara yang tidak memungkinkan pascagempa, helikopter itu baru bisa menjemput Agung Sabtu pagi tadi.
Nahas, sesaat sebelum Agung dibawa ke bandara, ia mengembuskan nafas terakhirnya. Padahal rencananya ia akan dibawa ke rumah sakit di Balikpapan untuk mendapatkan perawatan Intensif.
"Ini duka bagi kita. Dia adalah pahlawan, dedikasinya, kami bangga terhadapnya," ucap Novie.
"Kita tak tinggal diam, kita sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi Tuhan lebih sayang Agung," Novie melanjutkan.
Advertisement