8 Fakta Menarik Film Jumbo, Tembus 1 Juta Penonton dalam 7 Hari Penayangan

Animasi Jumbo raih sukses besar, pecahkan rekor film animasi Indonesia terlaris dengan lebih dari 1 juta penonton dalam waktu singkat, dan tayang di 17 negara!

oleh Fitriyani Puspa Samodra Diperbarui 09 Apr 2025, 16:20 WIB
Diterbitkan 09 Apr 2025, 16:20 WIB
Poster film Jumbo. (Foto: Dok. Visinema Animation)
Poster film Jumbo. (Foto: Dok. Visinema Animation)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Dalam waktu hanya tujuh hari sejak penayangan perdananya pada 31 Maret 2025, film animasi Jumbo sukses menorehkan prestasi luar biasa: menembus angka satu juta penonton. Sebuah pencapaian yang menandai tonggak sejarah baru bagi industri perfilman Indonesia, khususnya di ranah animasi.

Sebelumnya, rekor penonton terbanyak untuk film animasi buatan kreator Indonesia dipegang oleh Si Juki The Movie: Panitia Hari Akhir (2017) dengan 642.312 penonton. Kini, Jumbo melampaui pencapaian itu dengan mudah, dan masih berpotensi terus bertambah seiring antusiasme penonton yang belum surut.

Film Jumbo hadir sebagai pengalaman sinematik yang menyentuh dan hangat, penuh tawa dan air mata. Ulasan positif terus mengalir di media sosial, membuat jumlah layar penayangan terus bertambah dan memperbesar peluang film ini untuk menjadi fenomena box office nasional. Tak heran jika Jumbo kini bersaing ketat dengan judul-judul besar lain seperti Pabrik Gula dan Qodrat 2 sebagai film terlaris di musim Lebaran 2025. Berikut fakta-fakta menarik film jumbo yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Rabu (9/4/2025).

1. Diproduksi Selama Lima Tahun, Kolaborasi 420+ Kreator Lokal

Film Jumbo bukanlah proyek singkat. Proses produksinya memakan waktu lebih dari lima tahun, dimulai dari ide awal pada 2019 hingga akhirnya dirilis pada 31 Maret 2025. Selama itu, lebih dari 420 kreator lokal dari berbagai disiplin ilmu, animator, penulis, musisi, hingga seniman visual, bersatu untuk menciptakan film yang tidak hanya menghibur, tetapi juga sarat nilai dan emosi. Produksi secara resmi dimulai pada September 2021 di bawah Visinema Animation, dengan sekitar 200 tenaga kreatif aktif terlibat dalam penggarapan setiap frame.

Setiap detik animasi dalam film Jumbo terdiri dari 24 frame yang digambar satu per satu secara manual dan digital. Ini adalah bukti dedikasi tinggi tim produksi dalam menghadirkan animasi berkualitas tinggi. Film ini menjadi cerminan bahwa kerja keras dan kolaborasi lintas bidang dapat menciptakan karya luar biasa yang mampu bersaing dengan produk-produk luar negeri.

2. Film Animasi Indonesia Terlaris Sepanjang Masa

Tak butuh waktu lama bagi Jumbo untuk menorehkan sejarah. Dalam tujuh hari penayangan sejak 31 Maret 2025, film ini berhasil menyedot lebih dari 1 juta penonton, menjadikannya film animasi Indonesia terlaris sepanjang masa. Sebelumnya, rekor ini dipegang oleh Si Juki The Movie: Panitia Hari Akhir (2017) dengan total 642.312 penonton. Dengan pencapaian ini, Jumbo tak hanya memecahkan rekor, tapi juga mengubah peta perfilman animasi di tanah air.

Rekor ini menunjukkan bahwa penonton Indonesia memiliki ketertarikan besar terhadap karya animasi lokal yang berkualitas. Kesuksesan ini juga memberi motivasi besar bagi para animator dan sineas lokal untuk terus berkarya dan menembus batas yang selama ini dirasa sulit.

3. Dirilis Secara Global di 17 Negara

Salah satu kebanggaan besar dari Jumbo adalah keberhasilannya dalam menjangkau pasar internasional. Film ini sudah dikonfirmasi akan tayang di 17 negara, termasuk negara-negara di Eropa seperti Rusia dan negara Asia seperti Mongolia dan Turki. Anggia Kharisma selaku produser menyebutkan bahwa angka tersebut masih bisa bertambah, karena proses negosiasi dengan sejumlah distributor asing masih berjalan.

Ini menjadikan Jumbo sebagai film animasi Indonesia pertama yang dirilis secara global. Fakta ini menjadi bukti bahwa film animasi buatan anak bangsa memiliki kualitas, nilai universal, dan daya tarik yang bisa diapresiasi oleh audiens lintas negara dan budaya.

4. Debut Penyutradaraan Ryan Adriandhy: Dari Komika ke Sutradara

Banyak yang mengenal Ryan Adriandhy sebagai komika jebolan Stand Up Comedy Indonesia (SUCI) musim pertama yang tayang di tahun 2011. Namun, siapa sangka bahwa ia kini menjelma menjadi sutradara animasi layar lebar dengan karya seambisius Jumbo. Setelah menjuarai SUCI, Ryan memutuskan melanjutkan studi S2 di Universitas Rochester, Amerika Serikat. Di sanalah ia membuat film pendek animasi Prognosis yang kemudian meraih Piala Citra.

Jumbo adalah debutnya sebagai sutradara film panjang dan sekaligus pembuktian bahwa lintas disiplin seni bisa bersinergi. Ryan membuktikan bahwa kreativitas tidak punya batas, dan dengan passion yang kuat, seseorang bisa melangkah jauh dari satu bidang ke bidang lainnya. Debutnya ini bukan hanya personal milestone, tapi juga angin segar bagi industri film animasi Indonesia.

5. Cerita yang Dekat dengan Kehidupan Anak Indonesia

Kekuatan Jumbo tidak hanya terletak pada teknis animasinya, tapi juga pada ceritanya yang menyentuh dan sangat relevan dengan kehidupan anak-anak Indonesia. Film ini mengisahkan tentang Don, anak bertubuh besar yang harus bertahan hidup setelah kehilangan kedua orang tuanya. Ia kemudian bertemu dengan Meri, roh anak perempuan yang ingin mengetahui siapa yang membongkar makam orang tuanya. Dari situ, cerita berkembang menjadi petualangan emosional dan penuh makna.

Setting film berada di awal tahun 2000-an, masa di mana anak-anak masih akrab dengan permainan tradisional seperti kasti, petak umpet, dan bermain di luar rumah. Ryan menyebutkan bahwa Jumbo ingin membawa penonton, baik anak-anak maupun orang dewasa, kembali ke masa-masa itu, untuk mengingat betapa hangat dan sederhana masa kecil sebelum era gawai. Ini membuat film terasa sangat personal bagi banyak orang.

6. Deretan Pengisi Suara Papan Atas

Tak tanggung-tanggung, Jumbo menghadirkan bintang papan atas untuk mengisi suara para karakternya. Prince Poetiray mengisi suara Don versi usia 10 tahun, sementara Den Bagus Satrio mengisi suara Don kecil. Bunga Citra Lestari dan Ariel NOAH menjadi suara ayah dan ibu Don, menambah kedalaman emosional dalam cerita.

Selain Mereka, pengisi suara lain yang terlibat adalah:

  • Quinn Salvia Aqilah alias Quinn Salman sebagai Meri
  • M Adhiyat sebagai Atta
  • Yusuf Ozkan sebagai Nurman
  • Graciella Abigail sebagai Mae
  • Angga Yunanda sebagai Acil
  • Cinta Laura Kiehl sebagai Mami Meri
  • Ariyo Wahab sebagai Papi Meri
  • Kiki Narendra sebagai Mr Rusli
  • Rachel Amanda sebagai Panitia Panik
  • Aci Resti sebagai Panitia Datar
  • Ratna Riantiarno sebagai Oma Don

Kehadiran nama-nama besar ini bukan sekadar gimmick, melainkan memperkuat kualitas akting suara yang dibutuhkan untuk membawa karakter-karakter animasi menjadi hidup dan menyentuh hati.

7. Detail Kecil dan Easter Eggs yang Penuh Makna

Salah satu ciri khas Jumbo adalah perhatian pada detail dan kehadiran easter eggs yang membuat penonton ingin menontonnya lebih dari sekali. Misalnya, dalam salah satu trailer, terlihat kalender tahun 1994 di kamar Don kecil, yang membuat penonton menyimpulkan bahwa latar cerita berlangsung di sekitar tahun 2000. Hal ini kemudian dikonfirmasi oleh sang sutradara.

Nama kampung fiksi Seruni juga punya cerita unik, berasal dari gabungan kata “seru” dan “nih”. Bahkan plat nomor kendaraan bertuliskan R O35 LI, bila dibaca menjadi “Rusli”, nama kepala desa dalam cerita, menunjukkan kecermatan tim kreatif dalam menyisipkan lelucon cerdas dan lokal yang relevan. Plat “R” sendiri, kata Ryan, dipilih iseng, tanpa sadar bahwa itu kode wilayah Banyumas, menambah keunikan tersendiri.

8. Soundtrack Nostalgia yang Menguatkan Emosi

Soundtrack juga memainkan peran penting dalam memperkuat suasana dalam film ini. Lagu penutup berjudul "Selalu Ada di Nadimu" yang dinyanyikan oleh Bunga Citra Lestari menjadi momen klimaks emosional yang membuat banyak penonton menitikkan air mata. Lagu ini tidak hanya indah secara musikal, tetapi juga selaras dengan perjalanan emosional karakter Don.

Tak berhenti di situ, film ini juga menghadirkan lagu legendaris “Kumpul Bocah” karya Vina Panduwinata yang dibawakan ulang oleh Maliq & D’Essentials. Aransemen baru yang tetap mempertahankan semangat riangnya membuat film ini semakin hidup dan membangkitkan nostalgia masa kecil, terutama bagi penonton dewasa yang tumbuh di era sebelum media sosial dan gawai.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya