Teror di Nduga, Bamsoet: Tuntaskan, Kirim Pasukan Elite ke Papua

Politikus Golkar ini menegaskan, aparat keamanan tidak boleh setengah-setengah dalam memburu KKB. Selain menangkap, aparat keamanan harus menyeret KKB ke meja hijau.

oleh Liputan6.com diperbarui 05 Des 2018, 11:22 WIB
Diterbitkan 05 Des 2018, 11:22 WIB
Lembaga Survei Rilis Raport Kerja dan Citra DPR
Ketua DPR Bambang Soesatyo saat hadir dalam rillis survei yang diadakan lembaga survei Charta Politika Indonesia di Jakarta, Selasa (28/8). Survei diadakan di delapan kota besar di Indonesia. (Liputan6.com/JohanTallo)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua DPR RI Bambang Soesatyo alias Bamsoet mendorong Panglima TNI dan Kapolri mengirim pasukan elit di masing-masing kesatuannya untuk memburu Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua. KKB merupakan pembunuh 31 pekerja proyek Trans Papua di Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua.

"Kami mendorong Panglima TNI dan Kapolri untuk mngirim pasukan-pasukan elite yang ada di kesatuan-kesatuannya. Karena hal ini tidak bisa dianggap remeh dan harus dituntaskan dalam waktu dekat," kata Bamsoet di Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu (5/12/2018).

Politikus Golkar ini menegaskan, aparat keamanan tidak boleh setengah-setengah dalam memburu KKB. Selain menangkap, aparat keamanan harus menyeret KKB ke meja hijau.

"Kami mendesak dan mendorong seluruh pasukan yang ada, untuk segera memburu pelakunya dan menyeret ke pengadilan," ujar dia.

DPR, lanjut Bamsoet, mendukung penuh apa pun langkah tegas yang diambil TNI dan Polri. Termasuk menggunakan langkah represif dalam menangkap KKB. Asalkan langkah tersebut bisa menyelamatkan rakyat dan bangsa dari ancaman kelompok tertentu.

"Apapun yang bisa dilakukan untuk menuntaskan itu, DPR pasti setuju. Jangan sampai ada lagi korban warga yag jatuh. Berapa pun ongkosnya," kata Bamsoet.

Bamsoet menilai, KKB melebihi gerakan teroris. KKB telah merenggut secara langsung nyawa warga dan menyerang petugas keamanan secara terang-terangan.

"Ini tidak bisa dianggap lagi sebagai suatu peristiwa yang sepele," dia memungkasi.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Belum Mendekat

Banner Infografis Penembakan 31 Pekerja di Papua
Banner Infografis Penembakan 31 Pekerja di Papua. (Liputan6.com/Triyasni)

Setelah aksi pembantaian yang dilakukan kelompok kriminal bersenjata (KKB) Papua pada 31 pekerja proyek jalan dan jembatan Trans Papua, kondisi Kabupaten Nduga masih mencekam.

Hingga kini jenazah para korban keganasan kelompok separatis tersebut masih berada di lokasi pembunuhan, yaitu di Kali igi dan Aurak, Distrik Yigi. Medan serta akses jalan yang sulit diduga menjadi salah satu penyebab tim gabungan TNI-Polri belum bisa mendekat ke TKP.

Terkait hal ini, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu sempat menyarankan agar tim gabungan menggunakan alat bantu, seperti helikopter dan pesawat.

"Saya akan bicarakan dulu. Enggak bisa, kan, saya bicara sendiri di sini," ucapnya.

Sementara, Kapendam XVII/Cendrawasih Kolonel Inf Muhammad Aidi, mengatakan, jarak terdekat menuju lokasi yang diduga tempat pembunuhan, memakan waktu 12 jam menggunakan jalur darat dan itu semua juga tergantung kondisi.

"Yang terdekat yaitu melalui jalur sampai 12 jam. Dan itu jalan yang baru kita rintis dan baru kita bangun, dalam rangka pembukaan Trans Papua. Sehingga tergantung dari kondisi alam. Kalau kemarau tanahnya kering, bisa ditempuh 8 jam. Kalau becek bisa 12 jam," kata Aidi.

Dia menegaskan, pihaknya memang tidak mempertimbangkan kecepatan. Tapi fakto keamanannya.

"Tentu pergerakan ini kita tak mempertimbangkan kecepatan, tapi kita pertimbangkan dari keamanan," pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya