Kereta MRT Diberi Nama Ratangga, Apa Artinya?

Penamaan Kereta Ratangga ini diresmikan langsung oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

oleh Ika Defianti diperbarui 10 Des 2018, 20:02 WIB
Diterbitkan 10 Des 2018, 20:02 WIB
Ekspresi Anies Saat Jajal MRT Bundaran HI-Lebak Bulus
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mencoba Moda Raya Terpadu (MRT) dari Stasiun Bundaran HI-Lebak Bulus, Jakarta, Senin (10/12). Anies bersama rombongan harus memakai alat pelindung diri (APD) sepeti sepatu, rompi hingga helm. (Liputan6.com/FaizalFanani)

Liputan6.com, Jakarta - PT MRT Jakarta memberikan nama Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta dengan sebutan Kereta Ratangga. Penamaan Kereta Ratangga ini diresmikan langsung oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

"Penamaan rangkaian kereta MRT secara resmi dinyatakan digunakan. Bismillah," ucap Anies di Depo MRT Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Senin (10/12/2018).

Bila telah resmi beroperasi, Anies berharap semua fasilitas publik di jajarannya nantinya dapat menggunakan penyerapan bahasa daerah.

"Nama yang menyerap dari akar sejarah budaya kita seperti hari ini di MRT, kita memilih menggunakan Ratangga," jelas dia.

Sementara itu, Direktur Utama PT MRT Jakarta, William Sabandar, menjelaskan nama kereta Ratangga diambil dari sebuah puisi dalam Kitab Arjuna Wijaya serta Kitab Sutasoma karangan Mpu Tantular. 

"Ratangga dalam bahasa Jawa kuno berarti kereta perang, yang identik dengan kekuatan dan pejuang," ucap dia.

Dengan nama itu, William berharap pengoperasian MRT dapat berjalan dengan lancar.

"Semoga Kereta Ratangga akan selalu teguh dan kuat mengangkut para pejuang Jakarta," kata William.

Beroperasi Maret 2019

Ekspresi Anies Saat Jajal MRT Bundaran HI-Lebak Bulus
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan saat mencoba Moda Raya Terpadu (MRT) dari Stasiun Bundaran HI-Lebak Bulus, Jakarta, Senin (10/12). Anies ditemani Dirut PT MRT Jakarta William Sabandar. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Sebelumnya, Moda Raya Terpadu (MRT) direncanakan beroperasi pada Maret 2019. Pengerjaan fase 1 dari Lebak Bulus sampai Bundaran HI dengan panjang 16 kilometer secara keseluruhan telah mencapai 96,54 persen.

Fase 1 ini nantinya terdapat 13 stasiun yang beroperasi, terdiri dari tujuh stasiun layang yaitu Lebak Bulus, Fatmawati, Cipete Raya, Haji Nawi, Blok A, Blok M, dan Sisingamangaraja.

Enam stasiun bawah tanah lainnya, yakni Senayan, Istora, Bendungan Hilir, Setiabudi, Dukuh Atas serta Bundaran Hotel Indonesia.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya