Di Balik Keputusan Gus Dur Rela Tinggalkan Istana Presiden

Putri Gus Dur, Alissa Wahid masih mengingat detik-detik lengsernya sang ayah sebagai Presiden ke-4 RI.

oleh Raden Trimutia Hatta diperbarui 22 Des 2018, 08:51 WIB
Diterbitkan 22 Des 2018, 08:51 WIB
Mengenang Gus Dur dalam Pameran Lukis Sang Maha Guru
Pengunjung melihat lukisan dalam pameran seni rupa "Sang Maha Guru" karya pelukis Nabila Dewi Gayatri di Jakarta, Kamis (22/11). Pameran ini digelar dalam rangka memeriahkan Hari Santri. (Merdeka.com/Iqbal Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta Putri Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Alissa Wahid masih mengingat detik-detik lengsernya sang ayah sebagai Presiden ke-4 RI. Hal itu ia sampaikan dalam peringatan haul ke-9 Gus Dur di Ciganjur, Jakarta Selatan, Jumat 21 Desember malam.

"Juni 2001 saya dipanggil bapak (Gus Dur). Bapak meminta kita pulang ke Ciganjur, beliau mengatakan 'suasana berat nak, bawa ibu pulang'," kata Alissa.

Saat itu, banyak pihak yang menginginkan Gus Dur untuk meletakkan jabatannya. Alissa pun dengan setia mendampingi sang ayah di Istana Negara.

Bahkan, ia sempat memberikan saran agar Gus Dur untuk merelakan jabatannya. Namun, hal itu tak didengar Gus Dur.

"Saya bertanya, 'Pak, kenapa si Bapak bertahan? Musuhnya banyak, bapak kan tidak menginginkan jabatan'. Beliau menjawab 'Nak, kita berjuang untuk kebenaran'. Kebenaran tidak bisa di-voting," tegas Alissa.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Berubah Sikap

Bulat untuk bertahan di istana negara, Gus Dur secara tiba-tiba justru mengubah sikapnya. Menurut Alissa, saat keluarganya memilih tinggal mendampingi Gus Dur, sang ayah kemudian memutuskan untuk keluar istana.

"Kemudian saya bertanya lagi, 'Bapak kenapa kok kita keluar ke istana?'. Rupanya beberapa Kiai, salah satunya Kiai Iskandar mengatakan, beberapa ribu santri sudah berdatangan. Di depan istana berdemo, saling berbalas-balasan, saling adu suara. Waktu itu, beliau mendapat laporan ribuan akan datang dan siap berjihad untuk pemimpin mereka (Gus Dur)," tambahnya.

Namun demikian, justru kabar tersebutlah yang membuat Gus Dur tegas untuk meletakkan jabatannya sebagai presiden. Sebab, menurut Alissa, tak ada satu jabatan yang patut dipertahankan Gus Dur dengan mengorbankan masyarakatnya.

"Begitulah ketika kemanusiaan diletakkan di atas politik. Beliau teguh tidak akan mengorbankan rakyat untuk keuntungan mereka sendiri. Banyak orang yang tidak suka Gus Dur, cara-cara Gus Dur, tapi tidak ada yang menyangka bahwa Gus Dur berjuang untuk umat. Mari kita jadikan tauladan, mendahulukan kemanusiaan dibanding politik. Kita harus mengingatkan pemimpin untuk melayani rakyat, bukan pemimpin yang dilayani rakyat," Alissa memungkasi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya