4 Pahlawan Kemanusiaan 2018 yang Berkorban Nyawa Saat Bencana

Tercatat ada empat orang yang layak disebut sebagai pahlawan kemanusiaan 2018 di Indonesia.

oleh Liputan6.com diperbarui 30 Des 2018, 11:02 WIB
Diterbitkan 30 Des 2018, 11:02 WIB
Pahlawan
Ilustrasi Pahlawan/copyright unsplash.com/@mbrunacr

Liputan6.com, Jakarta - Bencana silih berganti terjadi di Indonesia dan merenggut ribuan korban jiwa sepanjang 2018. Dari sudut-sudut penugasan, terselip kisah heroik manusia yang rela berkorban nyawa untuk yang lain.

Apa yang mereka lakukan melampaui panggilan tugas. Yang mereka korbankan adalah hal terbaik yang dipunyai manusia. Kehidupan itu sendiri.

Tercatat ada empat orang yang layak disebut sebagai pahlawan kemanusiaan 2018 di Indonesia. Inilah sosok mereka:

1. Zulhadi

Relawan PMI bernama Zulhadi (34) gugur saat membantu korban gempa Lombok pada Kamis siang, 9 Agustus 2018. Saat itu, gempa susulan bermagnitudo 6,2 kembali menggoyang Lombok pada pukul 12.25 WIB.

Relawan PMI yang sudah mengabdi selama 15 tahun itu meninggal akibat terjatuh dari truk yang mengangkut logistik untuk korban gempa di Lombok Utara.

Saat gempa susulan terjadi, Zulhadi bersama sopir sedang mengantarkan bantuan logistik dari Markas PMI di Mataram, NTB. Rute yang ditempuh saat itu adalah melalui jalur Senggigi yang berkelok-kelok.

Gempa yang terjadi membuat truk oleng dan Zulhadi terjatuh. Sopir yang bersamanya menemukan ia sudah tak sadarkan diri. Relawan PMI itu kemudian dibawa ke puskesmas terdekat untuk diperiksa. Namun, Zulhadi telah mengembuskan nafas terakhirnya.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2. Afni Fastabiq Strata Utama

Afni Fastabiq Strata Utama
Afni Fastabiq Strata Utama

Selain Zulhadi, ada Afni Fastabiq Strata Utama (24) meninggal karena kelelahan tanggal 24 Agustus 2018. Pria yang dipanggil Tata ini bertugas di Lombok sejak 18 Agustus 2018 dan bergabung dalam Tim WASH (Water Sanitation Hygiene) PMI untuk bertugas selama 1 bulan di Lombok.

Sehari-harinya, almarhum bertugas mengantarkan air bersih dengan mengendarai kendaraan tangki air PMI untuk disalurkan ke masyarakat terdampak gempa di wilayah Lombok Utara. Air menjadi kebutuhan yang sangat vital bagi pengungsi.

Malam itu dia tertidur di posko. Saat dibangunkan kawan-kawannya, Tata ini ternyata sudah meninggal. Diduga dia meninggal karena kelelahan.

 

3. Anthonius Gunawan Agung

Anthonius Gunawan Agung
Anthonius Gunawan Agung

Anthonius Gunawan Agung adalah personel yang bertugas di Tower ATC AirNav Indonesia Cabang Palu, Bandara Mutiara Sis Al-Jufrie tanggal 28 September 2018 lalu. Sebelum gempa terjadi, Agung sedang melayani pesawat Batik Air ID 6231 yang akan terbang dari Palu menuju Makassar. Agung telah memberikan clearance kepada Batik saat gempa terjadi.

Personel AirNav lainnya segera turun saat gempa terjadi. Namun, Agung belum dapat turun karena pesawat belum take-off. Dia menunggu pesawat Batik hingga lepas landas dengan selamat. Setelah pesawat airborne, kondisi gempa sudah semakin kuat. Dia akhirnya memutuskan melompat dari cabin tower lantai 4, hingga mengalami patah kaki.

Personel AirNav di Palu membawa Agung ke rumah sakit. Di rumah sakit didapat keterangan mengenai kondisinya setelah keluar hasil rontgen. Namun untuk penanganan selanjutnya harus dirujuk ke rumah sakit yang lebih besar karena diindikasi ada luka dalam. AirNav berupaya untuk mendatangkan helikopter dari Balikpapan. Agung mengembuskan nafas terakhirnya sebelum helikopter sampai.

Perusahaan Umum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan (Perum LPPNPI) atau AirNav Indonesia memberikan kenaikan pangkat luar biasa dua tingkat atas jasa Agung.

 

4. Syachrul Anto

Syachrul Anto Pahlawan yang Gugur Saat Evakuasi Lion Air
Syachrul Anto Pahlawan yang Gugur Saat Evakuasi Lion Air (Foto: Facebook Syachrul Anto)

Syachrul Anto, seorang penyelam yang meninggal dunia dalam misi kemanusiaan mengevakuasi Lion AirPK-LQP yang jatuh di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat. Dia gugur karena dekompresi pada 22 November 2018 lalu.

Komandan Tim SAR Kolonel Laut (P) Isswarto menyebut Anto menyelam lebih lama dari para penyelam lainnya. Seharusnya penyelaman pencarian korban Lion Air berakhir pada pukul 16.00 WIB, karena kondisi gelap dan cuaca yang kurang bersahabat. Namun, Anto masih berada di bawah laut hingga pukul 16.30 WIB.

Anto memang cukup aktif dalam misi kemanusiaan. Pada 2015 lalu, Anto juga ikut dalam misi mencari korban pesawat Air Asia QZ8501 yang jatuh di Selat Karimata. Sebelum menjalankan misi untuk Lion Air, Anto baru saja pulang dari Palu membantu korban gempa dan tsunami.

Anto jugaterdaftar dalam Yayasan Terumbu Rupa yang mengkampanyekan peduli terumbu karang saat traveling. Kabar kematiannya disambut ucapan belasungkawa dari seluruh masyarakat Indonesia.

 

Reporter: Ramadhian Fadillah

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya