BMKG: Jakarta Bisa Berpotensi Banjir Akibat Supermoon

Fenomena supermoon terjadi bersamaan dengan gerhana bulan total pada 19 hingga 22 Januari 2019.

oleh Liputan6.com diperbarui 20 Jan 2019, 17:08 WIB
Diterbitkan 20 Jan 2019, 17:08 WIB
Fenomena Gerhana Bulan Total, atau Blood Supermoon, akan terjadi pada 20 Januari 2019 malam (AFP/Aris Messinis)
Fenomena Gerhana Bulan Total, atau Blood Supermoon, akan terjadi pada 20 Januari 2019 malam (AFP/Aris Messinis)

Liputan6.com, Jakarta - Fenomena supermoon terjadi bersamaan dengan gerhana bulan total pada 19 hingga 22 Januari 2019. Fenomena alam ini memengaruhi kondisi pasang maksimum air laut di wilayah-wilayah pesisir Indonesia.

Menurut Deputi Bidang Meteorologi dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Mulyono Rahadi Prabowo, fenomena itu bisa mengganggu kegiatan transportasi, perikanan, produksi garam dan bongkar-muat di pelabuhan di wilayah pesisir utara Jakarta. Selain itu juga di pesisir utara Jawa Tengah, pesisir utara Jawa Timur, pesisir Cilacap, pesisir Tanjung Benoa, pesisir Kalimantan Barat, dan pesisir Makassar di Sulawesi Selatan.

"Untuk wilayah Jakarta, bisa berpotensi banjir bila terjadi hujan lebat di wilayah hulu, jika air tidak terserap, dan terhambat mengalir ke laut karena sedang pasang naik," kata Mulyono di Jakarta, Minggu (20/1/2019).

Mulyono menjelaskan, fenomena supermoon yang terjadi saat bulan berada pada posisi perigee, jarak terdekat bulan terhadap bumi, yang disertai dengan bulan purnama, bisa menyebabkan air laut pasang naik.

Oleh karena itu BMKG mengimbau warga yang tinggal di daerah pesisir waspada dan siaga mengantisipasi kemungkinan terjadinya pasang maksimum air laut.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Tak Berdampak Signifikan di Yogyakarta

Sementara itu, kenaikan pasang air laut akibat supermoon diperkirakan tidak akan berdampak signifikan terhadap kenaikan pasang air laut di pesisir selatan Yogyakarta.

"Ada potensi kenaikan (pasang air laut) di pesisir selatan Yogyakarta akibat 'supermoon' tetapi tidak berdampak signifikan atau tidak sampai maksimum," kata Kepala Kelompok Data dan Informasi BMKG Stasius Klimatologi Yogyakarta Djoko Budiono di Yogyakarta seperti dilansir Antara.

Mengapa? Kondisi ini disebabkan tinggi daratan di pesisir selatan Yogyakarta lebih tinggi dibandingkan dengan lautnya.

"Berbeda dengan di daerah pantai utara (pantura), di mana umumnya daratannya lebih rendah sehingga labih banyak dirasakan warga yang tinggal di daerah pesisir," kata dia.

Meski demikian, ia menyebut saat ini sampai 22 Januari 2019 tinggi gelombang di laut selatan Yogyakarta diperkirakan mencapai 1,5 hingga 2,5 meter dengan kecepatan angin rata 5-20 knot sehingga masih perlu diwaspadai masyarakat, khususnya para nelayan.

Tinggi gelombang itu, menurut dia, lebih disebabkan oleh daerah tekanan udara rendah yang muncul di Samudera Hindia, di sebelah selatan Jawa."Sehingga meskipun tidak terlalu dipengaruhi supermoon, masyarakat tetap perlu mewaspadai tinggi gelombang laut di pesisir selatan," kata dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya