Pakar Hukum: Bilik Asmara Solusi Hilangkan Penyimpangan Seksual di Penjara

Margarito menilai over capacity tidak bisa menjadi alasan utama munculnya napi atau tahanan penyuka sesama jenis

oleh Yopi Makdori diperbarui 09 Jul 2019, 13:29 WIB
Diterbitkan 09 Jul 2019, 13:29 WIB
Ilustrasi Napi di Penjara
Ilustrasi Napi di Penjara

Liputan6.com, Jakarta - Kemenkumham Kanwil Jabar menyebut adanya sejumlah narapidana di wilayahnya yang menjadi penyuka sesama jenis. Kapasitas sel yang terlalu padat dinilai menjadi salah satu sebab terjadinya penyimpangan orientasi seksual itu.

Terkait hal itu, Pakar hukum Tata Negara Margarito Kamis menilai over capacity tidak bisa menjadi alasan utama munculnya fenomena tersebut. Menurutnya, perubahan seorang tahanan atau napi menjadi gay lebih kepada faktor prbadi orang tersebut. 

"Itu penyimpangan kok, orang gay kan penyimpangan. Man ada orang laki-laki dengan laki-laki 'baku hantam’. Kalau gara-gara itu, kenapa di luar lapas ada gay, bagaimana anda menjelaskan?" tanyanya., kata Margarito saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta (9/7/2019).

Menurutnya, hal itu hanya upaya pengembangan opini ke masyarakat supaya masyarakat secara perlahan menerima prilaku seks sesama jenis tersebut.

"Itu kan acara agar gay-gay ini bisa diterima dalam sistem hukum kita kan. Kan ada wacana agar LGBT itu diakui dalam republik ini. Ini kan cara bertahan agar mendapatkan pengakuan besar itu," tegasnya.

Secara pribadi, ia menyetujui jika pihak Kemenkumham memperbanyak bilik asmara bagi napi yang sudah memiliki suami atau istri. Namun, dia menolak bila fasilitas  itu diperuntukkan untuk hubungan penyuka semsama jenis.

"Bilik asmara itu udah lama itu. Sejak tahun 1990-an. Harusnya itu diperbanyak, tapi kalau bilik asmara itu disediakan untuk laki-laki dengan laki-laki saya tidak setuju, mana ada itu. Itu orang sakit diobati," tegas Margarito.

 

Tidak Tersalurkan

Ilustrasi penjara (AFP)
Ilustrasi penjara (AFP)

Sebelumnya, Kepala Kanwil Kemenkum HAM Jabar, Liberti Sitinjak mengakui, daya tampung setiap sel diwilayahnya  sudah tidak ideal. hal itu berdampak pada  orientasi seksual napi.

"Dampaknya munculnya homoseksualitas dan lesbi," ujar Liberti usai acara pembekalan terhadap petugas di SOR Arcamanik, Kota Bandung, Senin (8/7/2019).

"Setidaknya gejala itu ada. Bagaimana seseorang sudah berkeluarga, masuk ke lapas, otomatis kan kebutuhan biologisnya tidak tersalurkan. Jadi gejala itu ada," lanjut dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya