PODCAST: Sisi Lain Detik-Detik Proklamasi

Kala itu, 17 Agustus 1945, umat Islam tengah menjalankan puasa Ramadan.

oleh Wawan Isab RubiyantoYosi Hendrawan diperbarui 17 Agu 2019, 06:03 WIB
Diterbitkan 17 Agu 2019, 06:03 WIB
20150820-6 Cerita Tersembunyi Seputar Soekarno-Jakarta
Dalam buku Samudera Merah Putih 19 September 1945, Jilid 1 (1984) karya Lasmidjah Hardi, alasan Presiden Sukarno memilih tanggal 17 Agustus sebagai waktu proklamasi kemerdekaan adalah karena Bung Karno mempercayai mistik. (Dok.Arsip Nasional RI)

Liputan6.com, Jakarta Azan subuh belum terdengar, Sukarno, Mohammad Hatta, dan Ahmad Subardjo bergegas mengambil makan dan minuman untuk sahur. Kala itu, 17 Agustus 1945, umat Islam tengah menjalankan puasa Ramadan.

Mereka baru bisa bernapas lega dan menyantap sahur, setelah naskah Proklamasi selesai dirumuskan di rumah Laksamana Maeda, petinggi Angkatan Laut Jepang, di sebuah jalan yang kini bernama Jalan Imam Bonjol, Menteng, Jakarta Pusat.

"Sementara teks ditik, kami menggunakan kesempatan untuk mengambil makanan dan minuman dari ruang dapur...waktu hampir habis untuk ber-saur..." kenang Subardjo dalam buku Lahirnya Republik Indonesia.

Sayuti Melik lah yang mengetik naskah tersebut.

Berikut cerita lengkapnya:

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya