Liputan6.com, Washington D.C - Miliarder Palestina-Amerika Bashar Masri menjadi pusat gugatan hukum yang diajukan oleh keluarga korban warga Amerika yang tewas dalam serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 di Israel.
Hampir 1.200 warga Israel tewas, dan 240 sandera disandera ketika Hamas melancarkan serangan terkoordinasi melintasi perbatasan Gaza kala itu.
Baca Juga
Gugatan hukum yang diajukan pada hari Senin (7/4) di Washington D.C itu menuduh bahwa Masri memainkan peran penting dalam membantu Hamas mempersiapkan serangan, dengan mengizinkan perusahaannya membantu membangun infrastruktur militer yang vital.
Advertisement
Diduga pembangunan itu dibiayai oleh USAID, dan Masri juga memperoleh hibah besar dari Bank Dunia melalui salah satu anak perusahaan mereka, International Finance Corporation (IFC).
Laporan USA Herald yang dikutip Kamis (10/4/2025) menyebut penggugat menuduh Bashar Masri menggunakan perusahaan-perusahaannya yang berpusat di Gaza—termasuk Palestine Development & Investment Company (PADICO), Palestine Real Estate Investment Company (PRICO), dan Palestinian Industrial Estate Development Company (PIEDCO)—untuk secara diam-diam mendukung operasi Hamas.
Menurut gugatan tersebut, perusahaan-perusahaan tersebut menyediakan perlindungan untuk pembangunan terowongan, lokasi peluncuran roket, dan bahkan fasilitas pembangkit listrik yang digunakan oleh Hamas.
"Masri dan perusahaan-perusahaan yang dikendalikannya… mengembangkan dan mengoperasikan properti-properti utama di Gaza untuk tujuan-tujuan yang sah secara lahiriah. Namun pada kenyataannya, mereka juga digunakan untuk membangun dan menyembunyikan terowongan-terowongan serangan Hamas, menyimpan dan meluncurkan roket-roketnya ke Israel, menampung para pemimpin dan prajurit Hamas, melatih pasukan komando angkatan laut Hamas—dan bahkan untuk memproduksi listrik bagi infrastruktur terowongan serangan Hamas," bunyi gugatan tersebut.
"Tepat sebelum serangan 7 Oktober, Masri bahkan mengangkat seorang individu yang terkait erat dengan Hamas sebagai Ketua PIEDCO," demikian sambungan gugatan tersebut.
Siapa dan Apa Hubungan Sosok Bashar Masri dengan Hamas dan Serangan 7 Oktober 2023?
Menurut pemberitaan dari USA Herald, Bashar Masri adalah tokoh terkemuka di Washington, D.C. dan tinggal di dekat mantan presiden AS dan berbagai pemimpin politik serta diplomat.
Ia adalah anggota Dean’s Council atau Dewan Dekan di Kennedy School of Government Universitas Harvard dan bekerja dengan para donatur elit melalui Middle East Investment Initiative.
Salah satu titik fokus dalam gugatan tersebut adalah Gaza Industrial Estate (Kawasan Industri Gaza), yang digambarkan sebagai crown jewel (permata mahkota) dalam portofolio Masri.
Para penggugat menuduh kawasan itu dibangun menggunakan dana dari United States Agency for International Development (USAID) atau Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat dan International Finance Corporation (IFC) milik Bank Dunia, dan secara diam-diam menyembunyikan terowongan yang digunakan dalam serangan tersebut.
Apa Lagi yang Dituduhkan kepada Bashar Masri?
Salah satu tuduhannya adalah bahwa sebagian besar pembangunan didanai oleh uang pembayar pajak AS melalui United States Agency for International Development (USAID) atau Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat.
"Dengan bekerja sama secara aktif dengan Hamas untuk membangun dan memelihara infrastruktur terowongan serangannya sementara pada saat yang sama memajukan kampanye penipuan Hamas. Terdakwa membantu dan bersekongkol dengan Hamas dan Serangan 7 Oktober, kematian tentara serta warga sipil setelahnya merupakan konsekuensi yang dapat diduga dari kolaborasi Terdakwa dengan Hamas," lanjut pengajuan gugatan tersebut.
Keluarga warga AS korban serangan Hamas mengajukan gugatan berdasarkan Anti-Terrorism Act (ATA) atau Undang-Undang Antiterorisme, sebagaimana diamandemennkan oleh Justice Against Sponsors of Terrorism Act (JASTA) atau Undang-Undang Keadilan terhadap Sponsor Terorisme.
Pengaduan yang menyeret nama sang miliarder keturunan Palestina-Amerika itu juga menyebutkan hotel-hotel mewah milik Bashar Masri—Blue Beach dan Al Mashtal—sebagai tempat pertemuan bagi para operator Hamas, termasuk Yahya Sinwar, arsitek serangan 7 Oktober.
Sinwar dibunuh oleh IDF pada bulan Oktober 2024.
"Para operator dan pemimpin Hamas—termasuk arsitek Serangan 7 Oktober, Yahya Sinwar—secara teratur menggunakan hotel-hotel tersebut untuk menyelenggarakan acara-acara Hamas yang bersifat publik dan privat," bunyi pengaduan tersebut.
"Pejabat Hamas juga menggunakan hotel tersebut untuk acara-acara privat, bersantai di akomodasi dan fasilitas mewah yang hanya dapat dibeli oleh sedikit warga Gaza."
"Masri menyamarkan dirinya dalam legitimasi untuk melayani penipuan besar ini," gugatan tersebut menegaskan.
Advertisement
Bagaimana Respons Bashar Masri Dituding Sebagai Beking Serangan Hamas Oktober 2023?
Bashar Masri telah membantah keras klaim tersebut. Seorang juru bicara dari kantornya mengatakan kepada The New York Times bahwa ia tidak mengetahui gugatan tersebut sebelum laporan media dan menyebutnya "tidak berdasar.”
"Ia terkejut saat mengetahui melalui media bahwa pengaduan yang tidak berdasar diajukan hari ini yang merujuk pada tuduhan palsu terhadap dirinya dan bisnis tertentu yang terkait dengannya," kata pernyataan tersebut.
"Baik ia maupun entitas tersebut tidak pernah terlibat dalam aktivitas yang melanggar hukum atau memberikan dukungan untuk kekerasan dan militansi," jelas pernyataan dari kantor Bashar Masri.
