4 Fakta Kos Kotak di Jakarta Pusat yang Rencananya Ditutup

Kos kotak di Jalan Rawa Selatan, Kampung Rawa, Johar Baru, Jakarta Pusat berencana ditutup.

oleh Ika Defianti diperbarui 03 Sep 2019, 17:19 WIB
Diterbitkan 03 Sep 2019, 17:19 WIB
Kos kotak atau sleep box di Johar Baru yang sedang ramai diperbincangkan. (Liputan6.com/Ady Anugrahadi)
Kos kotak atau sleep box di Johar Baru yang sedang ramai diperbincangkan. (Liputan6.com/Ady Anugrahadi)

Liputan6.com, Jakarta - Kos kotak berukuran 2x1 meter sempat ramai di media sosial beberapa hari lalu. Kos-kosan mini tersebut mudah ditemukan di Jalan Rawa Selatan, Kampung Rawa, Johar Baru, Jakarta Pusat.

Pemerintah Kota (Pemkot) Jakarta Pusat berencana menindak pengelola kos-kosan yang menyewakan kamar kos bermodel sleep box tersebut. Kos-kosan itu, selain tidak memiliki izin juga tidak membayar pajak kos-kosan.

"Tidak ada izinnya (usaha kos). Kalau untuk izin mendirikan bangunan kita cek. Kalau juga tidak ada, akan kita tutup," kata dia saat ditemui dilokasi, Senin (2/9/2019).

Dia memastikan proses penyegelan akan dilakukan paling lambat dalam waktu dua hari.

"Suku Dinas Cipta Karya Tata Ruang dan Pertanahan Jakarta Pusat dan Pelayanan Tepadu Satu Pintu (PTSP) yang akan menyegelnya,” ucap dia.

Berikut sejumlah fakta kos kotak di wialayah Jakarta Pusat yang telah dirangkum oleh Liputan6.com:

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

1. Terinspirasi Hotel Kapsul Jepang

Penjaga kosan, Shincan menjelaskan, pemiliknya bernama Sunang Kori mendesain rumah kos tersebut dengan meniru hotel kapsul yang ada di Jepang.

"Mungkin kalau sudah pernah ke Jepang dan melihat model kapsul, melihat ini enggak asing. Nah kami meniru dan mencoba mengaplikasikan di Indonesia," ucap dia saat ditemui, Senin (2/9/2019).

Shincan mengakui, secara kualitas jauh lebih baik hotel kapsul di Jepang. Tapi dari segi harga, kos kotak jauh lebih terjangkau. Sebab kos tersebut tujuannya untuk mengakomodasi masyarakat yang berpenghasilan Rp 2 juta hingga Rp 4 Juta.

"Agar masyarakat yang berpenghasilan rendah memiliki sisa tabungan yang diputar untuk kebutuhan lain," ujarnya.

Kos kotak itu dibangun untuk memberikan solusi warga yang penghasilannya tidak mencukupi untuk menyewa kos di Jakarta yang umumnya seharga Rp 1 juta ke atas per bulan.

2. Banyak Sewa Harian

Wakil Wali Kota Jakarta Pusat (Jakpus) Irwandi bersama Camat, Lurah, TNI-Polri dan Suku Dinas terkait melakukan sidak di rumah kos tersebut. Ia menilai kondisinya sangat kurang layak dan tidak manusiawi.

"Ini sangat memprihatinkan, jadi orang dalam satu kotak itu tidur di sana. Kalau orangnya kurang sehat pasti besoknya bakal parah lagi," ucap dia.

Irwandi menjelaskan, penghuninya rata-rata menyewa secara harian. Perhari, membayar sebesar Rp 50 ribu.

"Mereka tadi kita temukan penghuni baru kerja malam, numpang tidur di sana," ucap dia.

3. Kelengkapan Kos Kotak

Kamar kos ini dibuat di dalam sebuah bangunan 3 lantai. Pagar hitam yang menjulang tinggi menutupi ruang-ruang kecil di baliknya. Di lantai pertama diperuntukan untuk tempat parkir sepeda motor. Di samping kiri, tersedia rak sepatu. Adapula 3 buah toilet yang bisa digunakan para penghuni. Namun, keadaan di lantai 1 ini sedikit berantakan karena banyak barang-barang bekas yang belum dibuang.

Untuk menuju lantai dua, pengunjung harus menyusuri tanggal hitam kecil melingkar. Di situ nampak pintu-pintu kecil berbahan besi berwarna putih berjajar saling berhadapan. Mirip jendela tapi itulah pintu masuk ke kosan kotak tersebut. JawaPos.com tak menghitung secara pasti, namun diperkirakan sekitar 10 pintu.

Di balik pintu itulah terdapat kasur yang bisa ditempati oleh 1 orang. Setiap kamar kos dilengkapi dengan lampu, dan 1 colokan listrik. Udara dingin dari pendingin ruangan menyambar badan. 1 buah AC digunakan untuk ruangan di lantai itu.

Para penghuni terlihat bersantai sembari berbaring. Layar kecil handphone menjadi hiburan mereka menonton film. Yang lainnya terlihat berbaring dengan santai. Tiga buah handuk tergantung di ujung lorong ruangan. Bergeser ke lantai 3, tak ada yang berbeda. Kondisinya sama persis dengan pintu-pintu berjajar saling berhadapan. Luas kamar kos nya pun sama.

Tak cuma itu, penghuni juga dimanjakan dengan layanan wifi secara cuma-cuma.

“Di sini kalian bisa hemat kuota. Soalnya kami kasih wifi gratis. Mau nonton tv streaming, Youtube-an, Facebook-an juga bisa. Jadi enggak usah takut,” ujar penjaga kos Shincan.

Shincan mengizinkan kami menjajal sleepbox tersebut. Ukuran ruangan yang kecil membuat penghuni tak leluasa bergerak. Aktivitasnya harus dilakukan dengan duduk atau tertidur.

4. Harga Terjangkau

Salah seorang penjaga kosan kotak ini berujar tempatnya tak sepi dari intaian orang-orang. Dengan begitu banyak kamar yang disewakan, hanya tersisa dua unit yang belum di-booking. “Di sini banyak yang udah tahunan, dua tahun, setahun. Kalau harian Rp 50 ribu. Kalau mau ya langsung booking Rp 50 ribu, langsung saya tutup, segel,” ucap dia.

Ada dua jenis kamar kotak di sini. Baris bawah cenderung berukuran sedikit lebih besar. Sekitar 2×1,25 meter, harga sewanya per bulan Rp 400 ribu. Sedangkan untuk baris di atasnya berukuran sekitar 2×1 meter, dengan harga sewa perbulan Rp 300 ribu.

Kosan kotak ini bisa ditempati untuk perempuan maupun laki-laki. Desain kosan seperti ini memang terlihat tidak lazim. Karena jarang ditemui. Biasanya kosan setidaknya berukuran 3×4 meter. Dengan tinggi lebih dari 2 meter. Namun, di tempat ini, untuk berjalan di lorong kontrakan, harus sedikit menundukan kepala agar tidak tersentuh ke atap. Dengan tinggi kurang dari dua meter itu, masih dibuat untuk dua kamar yang saling bertumpumpukan. Sehingga untuk duduk di atas kasur pun kepala bisa mentok ke atap.

“Zaman sekarang kan emang begini. Kan di akal-akalin biar bisa ini kan. Kan (penghuni) butuh buat jajan, (jadi dengan harga sewa murah) bisa buat yang lain lagi,” kata penjaga tersebut.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya