Kisah Warga Kalimantan yang Mengalami Dampak Kebakaran Hutan

Ini kisah di balik dampak kebakaran hutan dan lahan yang dialami warga Kalimantan

oleh Liputan6.com diperbarui 16 Sep 2019, 20:15 WIB
Diterbitkan 16 Sep 2019, 20:15 WIB
Pemadam Kebakaran Berjibaku Padamkan Karhutla Pekanbaru
Petugas pemadam kebakaran memadamkan api saat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Pekanbaru, Riau, Jumat (13/9/2019). Karhutla menyebabkan kabut asap pekat menyelimuti Pekanbaru. (ADEK BERRY/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Kebakaran hutan dan Lahan (karhutla) masih terjadi pada 5 provisnis di Indonesia. Wilayah tersebut meliputi Riau, Jambi, Sulawesi Selatan, Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Kebakaran ini berdampak pada paparan kabut asap yang mengepung pada wilayah tersebut, sehingga menghambat aktivitas warga sekitar.

Salah seorang warga sekitar Singkawang, Kalimantan Barat, Frino Bariacianur Barus (42) mengatakan, kejadian kebakaran ini sudah terjadi dua minggu dan dampak yang ia rasakan dengan warga sekitarnya sudah terjadi selama dua sampai tiga hari.

"Saya bangun tidur tadi pagi, mata saya langsung perih, selain itu jika buka jendela asap masuk ke rumah semua," tutur Frino kepada Liputan6.com, Senin (16/9/2019).

Dia menambahkan, jika di pagi hari kabut asap sangat tebal karena memang tidak ada angin pada saat pagi hari, berbeda jika menjelang siang dan sore asap kabut berkurang karena adanya angin.

Frino menceritakan, warganya kini hanya beraktivitas di dalam rumah dan anak-anak pun diliburkan sekolah akibat asap tersebut. Dia juga tidak mengetahui sampai kapan anak-anak sekolah diliburkan.

Pemerintah setempat telah melakukan tindakan seperti menghimbau masyarakat untuk menggunakan masker, tidak membakar sampah, dan pemerintah kota juga telah ikut menyiram lokasi titik kebakaran.

Sayangnya, daerah tersebut tidak terdapat pemadam kebakaran yang dikelola pemerintah melainkan dari swasta, sehingga masyarakat harus ikut membantu menyiramkan untuk menaggulanginya.

Tidak hanya wilayah Sekit Llama di Singkawang yang mengalami kabut asap terparah, namun ada empat wilayah lainnya.

"Saya melewati Kabupaten Bengkawang, Mempawah, Rodia Pontianak, dan Kubu Raya ini merupakan wilayah terparah dengan jarak pandang 100-200 meter," jelas Frino.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Penerbangan Terganggu

Jadwal Penerbangan Terganggu
Bandara Udara Internasional Supadio mengalami gangguan jadwal pemberangkatan

Selain itu, Bandar Udara Internasional Supadio di Kabupaten Kubu Raya mengalami gangguan jadwal keberangkatan dampak dari kebakaran hutan dan lahan tersebut.

Frino mengungkapkan, ada beberapa jadwal penerbangan yang tertunda bahkan batal.

"Saya mengalami delay hingga pukul 19.30 WIB ke Balikpapan," katanya.

Dia menambahkan, banyak petugas bandara dan penumpang yang memakai masker.


Warga Balikpapan

Kebakaran Hutan
Kepala BNPB Doni Monardo meninjau kebakaran hutan dan lahan (karhutla) bersama Panglima TNI dan Kapolri di Riau pada Minggu (15/9/2019). (Dok Badan Nasional Penanggulangan Bencana/BNPB)

Berbeda dengan warga Balikpapan, Surya Darma (51), dia mengatakan masyarakat di sana masih bisa beraktivitas di luar rumah, tidak ada larangan untuk keluar rumah, bahkan anak-anak pun masih bisa sekolah.

"Ini belum parah, masih biasa-biasa saja, yang paling parah terjadi di wilayah Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur," ujarnya saat dihubungi Liputan6.com, Senin.

Dia juga menambahkan, belum banyak masyarakat yang memakai masker dan penerbangan masih normal.

"Kalau di Balikpapan tidak ada masalah masih bisa normal, berbeda jika penerbangan di Samarinda yang terganggu," tuturnya.

 

(Desti Gusrina)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya