PBNU: Negara Tak Boleh Kalah dari Terorisme dan Bahaya Radikalisme

PBNU menilai saat ini Indonesia sudah darurat terorisme dan radikalisme.

oleh Muhammad Ali diperbarui 14 Okt 2019, 05:33 WIB
Diterbitkan 14 Okt 2019, 05:33 WIB
Ribuan Ulama dan Habib Ajak Umat Jaga Stabilitas Keamanan Pasca Pemilu
Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj, memberikan sambutan pada acara Multaqo Ulama, Habib dan Cendekiawan Muslim di Hotel Kartika Chandra, Jakarta, Jumat (3/5/2019). Pertemuan tersebut mengajak umat Islam untuk membangun ukhuwah dan rekonsiliasi pasca Pemilu. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Negara tidak boleh kalah dengan radikalisme dan terorisme yang terjadi di Tanah Air seperti sekarang ini. Pemerintah harus bersikap tegas terhadap aksi terorisme yang meresahkan masyarakat, seperti kasus penyerangan Menko Polhukam Wiranto di Serang, Banten.

“Aparat kepolisian harus mampu mengungkap dan menindak aktor intelektual di balik aksi-aksi teror yang terjadi di Tanah Air. Kami, Nahdlatul Ulama (NU), meminta aparat kepolisian harus mampu bertindak tegas terhadap radikalisme dan tidak boleh ada kesan negara kalah dalam menghadapi terorisme,” ujar Ketua PB NU, KH Said Aqil Siradj, dalam siaran persnya, Minggu (13/10/2019).

Dikatakan, saat ini radikalisme sudah ada di mana-mana. Ada di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumbawa, Bima, dan Sulawesi Tengah.

“Saat ini Indonesia sudah darurat terorisme dan radikalisme, karena selama ini kita bersikap terlalu ramah kepada mereka. Maka demi menyelamatkan NKRI, menyelamatkan seluruh bangsa Indonesia, maka sekecil apa pun yang mereka lakukan (terorisme) harus ditindak tegas,” kata Said.

Said menuturkan bahwa tindakan terorisme adalah tindakan biadab yang jauh dari norma, agama, dan akhlakul karimah. “Apa yang mereka lakukan adalah tindakan biadab dan tidak sesuai dengan agama apa pun. Jadi, kita harus lawan bersama. Apalagi mereka sudah berani terang-terangan,” katanya.

Sementara Staf Khusus Badan Pembina Ideologi Pancasila (BPIP) Romo Antonius Benny Susetyo dalam dialog “Pancasila di Tengah Radikalisme” yang digelar, Minggu (13/10) mengingatkan kembali bahwa radikalisme sudah mengancam keutuhan bangsa dan negara.

”Saat ini radikalisme sudah sangat mengancam keutuhan bangsa. Karena paham-paham radikalisme ingin mengubah Pancasila yang telah menjadi kesepakatan bangsa ini. Maka ke depan tantangan kita adalah bagaimana memperkuat ideologi Pancasila dalam praktik kehidupan berbagsa dan bertanah air,” katanya.

Oleh sebab itu, bangsa ini perlu membumikan Pancasila agar mampu menyentuh kaum milenial. “Membumikan Pancasila di kalangan anak muda penting dalam menangkal paham radikalisme. Hal ini agar para kaum milenial tak mendapat masukan tentang agama dari sisi yang sempit sehingga kemudian menciptakan radikalisme tadi,” ujarnya.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Harus Dilawan

Romo Benny
Romo A Benny Susetyo. (17/1/2015). (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Benny menambahkan bahwa radikalisme harus dilawan dengan gerakan kebudayaan. ”Radikalisme itu tidak berdiri sendiri. Radikalisme itu akibat dari tata dunia yang tidak beradab, tidak adil, tata dunia yang dipenuhi permusuhan, tata dunia yang dipenuhi marjinalisme, dan cara melihat agama hanya dalam bahasa satu kebenaran,” ujarnya.

Menurut Benny, kebudayaan menjadi salah alat dan benteng untuk melawan radikalisme. Karena itu, gerakan kebudayaan harus diperkuat. Tradisi-tradisi yang telah ada di masyarakat, misalnya bersih desa, selamatan, larung, dan tradisi-tradisi lain, harus dihidupkan kembali. ”Itulah benteng kekuatan menghadapi radikalisme. Mereka takut kalau tradisi itu kuat,” lanjutnya.

Benny menambahkan, budaya-budaya lokal harus ditampilkan kembali dengan cara memberi kemasan baru agar tidak terkesan kuno dan menarik bagi anak-anak muda. Kreativitas seni budaya anak-anak muda yang bersifat massal harus ditampilkan. ”Pusat-pusat kebudayaan juga perlu dibangun, ”pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya