Hadiri Peringatan Hari Santri di Bawean, MPR Sosialisasi Empat Pilar

MPR RI menyampaian Sosialisasi Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika yang populer disebut Empat Pilar MPR.

oleh Gilar Ramdhani pada 31 Okt 2019, 13:35 WIB
Diperbarui 31 Okt 2019, 14:17 WIB
Hadiri Peringatan Hari Santri di Bawean, MPR Sosialisasi Empat Pilar
Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid hadiri Pengajian NU dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional.

Liputan6.com, Jakarta Ribuan masyarakat Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, Rabu malam, 30 Oktober 2019, memenuhi Lapangan Tanjung Anyar, Desa Lebak, Kecamatan Sangkapura. Mereka berada di sana untuk menghadiri Pengajian NU dalam rangka memperingati Hari Santri. Dalam pengajian yang diisi oleh ceramah KH. Manarul Hidayat, hadir Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid, tokoh-tokoh NU Bawean, serta perangkat kecamatan dan desa.

Dalam pengajian juga ada penyampaian Sosialisasi Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika atau populer disebut Empat Pilar MPR.

Jazilul mengatakan, momentum itu digelar untuk memperingati Hari Santri sekaligus tanggung jawab dirinya sebagai pimpinan MPR untuk melakukan Sosialisasi Empat Pilar. Dilakukan di Pulau Bawean sebab di tempat itu diakui hampir seratus persen penduduknya adalah kaum santri. Karena seratus persen kaum santri maka pengajian dihadiri oleh ribuan orang.

"Acara ini diumumkan di masjid dan musholla," tuturnya.

Dalam sosialisasi, Jazilul mengingatkan kembali atau memompa semangat kepada masyarakat akan pentingnya Empat Pilar. Diakui sebenarnya pemahaman nilai-nilai kebangsaan kaum santri sudah kuat.

"Santri itu mengedepankan cinta tanah air," ujarnya.

"Bahkan pelajaran Empat Pilar diajarkan di pesantren sejak kecil, seperti ada bait lagu Cinta Tanah Air Sebagian Dari Iman," ungkapnya.

Cinta NKRI menurutnya ada aturannya. Aturan itu ada pada Pancasila, UUD, dan Bhinneka Tunggal Ika.

Meski demikian Jazilul menegaskan bahwa santri juga harus diberdayakan. Sumber daya manusia dan perekonomiannya harus diperkuat. "Ini penting sebab bila ekonominya tidak kuat maka akan mudah tergoda oleh paham yang salah," ucapnya. Dicontohkan ada lulusan pesantren karena tidak mempunyai pekerjaan maka ia pergi keluar negeri. Di luar negeri itulah ia terkena paham radikal terorisme.

"Dan melakukan operasinya di Indonesia," ujarnya. Untuk itulah dirinya menegaskan kembali bahwa santri juga perlu diberi dukungan pemberdayaan ekonomi agar tak mudah tergoda paham lain.

Jazilul menyebut globalisasi lewat medsos juga menyerbu masyarakat di manapun berada, "termasuk di Bawean," ujarnya. Untuk itu dirinya mengingatkan kepada santri dan masyarakat tantangan hari ini berbeda dengan tantangan kemarin. "Bila santri dan masyarakat kuat maka mereka bisa menjadi garda terdepan dalam menjaga Indonesia", urainya.

 

(*)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya