Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham global bergejolak sejak pekan lalu. Hal itu dipicu kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump sehingga mendorong perang dagang global yang meningkat.
Pada 2 April 2025, Donald Trump mengatakan, ekonomi AS akan melonjak berkat tarif minimum 10 persen yang akan diterapkan pada barang impor ke AS. Hal ini akan meningkatkan pendapatan federal dan membangkitkan manufaktur AS, demikian mengutip BBC.
Baca Juga
Langkah Trump itu berdampak terhadap bursa saham global. Analis menyebutkan, bursa saham global yang rontok bersejarah dan mengingatkan pada kondisi sebelumnya sejak awal abad lalu.
Advertisement
Mengutip France24, Rabu (9/4/2025), pada 24 Oktober 1929 dikenal sebagai Black Thursday di wall street setelah pasar saham anjlok menyebabkan Dow Jones turun lebih dari 22 persen pada awal perdagangan. Pada 28 dan 29 Oktober juga alami kerugian besar dalam krisis yang menandai dimulainya Depresi Besar di Amerika Serikat dan krisis ekonomi global.
Gejolak pasar saham global pun kembali terjadi imbas kekhawatiran dampak tarif dagang AS. Hal ini ditunjukkan dari kondisi bursa saham di Amerika Serikat, Eropa, negara-negara di Asia Pasifik, termasuk Indonesia.
Mengutip CNBC, indeks S&P 500 anjlok hampir 11 persen dalam dua hari perdagangan yang berakhir pada Jumat, 4 April 2025.
Menurut Chief Market Strategist Ritholtz Wealth Management, Callie Cox menilai, hal itu adalah periode dua hari terburuk bagi indeks acuan saham AS sejak 12 Maret 2020, pada hari-hari awal pandemi COVID-19.
Saham sempat memasuki wilayah pasar melemah yang berarti saham telah jatuh 20 persen dari puncaknya baru-baru ini pada perdagangan Senin, 7 April 2025 sebelum memangkas sebagian koreksi itu.
Adapun aksi jual yang terjadi setelah Trump mengumumkan rencana besar-besaran pada Rabu untuk terapkan tarif dasar 10 persen pada mitra dagang AS. Ia juga terapkan tarif jauh lebih tinggi untuk negara-negara termasuk China dan sekutu seperti anggota Uni Eropa. Cakupannya mengejutkan banyak investor.
“Pengumuman itu lebih signifikan daripada yang diharapkan kebanyakan orang, jadi terjadi aksi jual di pasar saham,” ujar Head of Equity Strategy Wells Fargo Securities, Chris Harvey.
Lalu bagaimana kondisi bursa saham global sejak pengumuman tarif Trump pada awal April 2025? Berikut kondisi bursa saham global mulai 3 April 2025 hingga perdagangan Rabu, 9 April 2025 yang dikutip dari berbagai sumber.
Amerika Serikat
Bursa saham Amerika Serikat atau wall street anjlok setelah pengumuman Trump soal tarif impor. Pada Kamis, 3 April 2025, indeks S&P 500 turun 4,9 persen, indeks Nasdaq melemah 5,5 persen dan indeks Dow Jones tersungkur 3,9 persen.
Koreksi wall street kembali terjadi pada Jumat, 4 April 2024. Hal ini setelah China membalas dengan tarif baru atas barang-barang impor dari AS. China terapkan bea tambahan sebesar 34 persen untuk barang impor AS.
Mengutip CNBC, indeks Dow Jones turun 5,5 persen menjadi 38.314,86. Penurunan itu termasuk terbesar sejak Juni 2020 selama pandemi COVID-19.
Indeks Nasdaq yang mencakup saham perusahaan teknologi terperosok 5,8 persen menjadi 15.587,79. Lalu indeks S&P 500 susut 5,97 persen menjadi 5.074,08, dan mencatat penurunan terbesar sejak Maret 2020. Indeks S&P 500 bahkan alami penurunan terbesar di antara tiga indeks acuan lainnya.
Koreksi itu juga membuat kapitalisasi pasar saham AS terutama indeks S&P 500 turun USD 5 triliun atau sekitar Rp 33.352 triliun (asumsi kurs dolar AS terhadap rupiah di kisaran 16.676) hanya dalam dua hari.
Wall street pun kembali tertekan pada Senin, 7 April 2025. Indeks Dow Jones merosot 0,91 persen ke posisi 37.965,60. Indeks S&P 500 susut 0,23 persen dan ditutup ke posisi 5.062,25. Adapun indeks Nasdaq telah turun lebih dari 10 persen dalam tiga sesi perdagangan terakhir dalam rentang terburuk sejak merebaknya COVID-19 pada 2020. Indeks Nasdaq naik tipis 0,10 persen ke posisi 15.603,26.
Advertisement
Tekanan di Wall Street Berlanjut
Tekanan pun masih berlanjut di wall street pada perdagangan Selasa, 8 April 2025. Hal ini setelah Presiden AS Donald Trump tetap berlakukan tarif kumulatif sebesar 104 persen terhadap China.
indeks Dow Jones turun 320,01 poin atau 0,84 persen dan ditutup ke posisi 37.645,59. Dengan demikian koreksi terjadi dalam empat hari didorong kekhawatiran tarif menjadi lebih dari 4.500 poin.
Indeks S&P 500 melemah 1,57 persen dan ditutup ke posisi 4.982,77. Indeks tersebut hampir ditutup dalam kondisi pasar yang lesu, turun hampir 19 persen dari posisi rekor pada Februari. Selama empat hari, indeks S&P 500 susut lebih dari 12 persen.
Indeks Nasdaq merosot 2,15 persen ke posisi 15.267,91. Indeks acuan yang sarat saham teknologi itu menguat sebanyak 4,5 persen pada awal sesi perdagangan. Indeks Nasdaq telah kehilangan lebih dari 13 persen dalam empat hari.
Bursa Saham Eropa
Bursa saham Eropa pun merespons negatif kebijakan tarif dagang AS usai pengumuman Presiden AS Donald Trump soal tarif. Pada Kamis, 3 April 2025, indeks Stoxx 600 ditutup turun 2,7 persen. Saham ritel Adidas turun 11 persen.
Indeks acuan yakni indeks FTSE 100 melemah 1,6 persen persen. Indeks CAC 40 di Prancis dan indeks DAX di Jerman masing-masing turun 3,3 persen dan 3,1 persen.
Indeks Stoxx Auto merosot 3,9 persen setelah Trump berlakukan tarif 25 persen untuk impor kendaraan ke AS. Hal itu berdampak dan menambah kewajiban terhadap besi dan aluminium.
Sektor lainnya juga turun dalam termasuk bank yang melemah 5,6 persen. Sektor saham teknologi terpangkas 4,5 persen.
Koreksi bursa saham Eropa berlanjut pada Jumat, 4 April 2025. Indeks regional Stoxx 600 susut 5 persen. Sektor saham bank terpangkas 8,5 persen imbas kekhawatiran perlambatan ekonomi dan resesi. Lalu indeks FTSE 100 di Inggris ditutup melemah hampir 5 persen. Indeks DAX di Jerman terpangkas 4,7 persen dan indeks CAC 40 di Prancs melemah 4,3 persen.
Penurunan bursa saham Eropa masih berlanjut pada awal pekan ini. Pada Senin, 7 April 2025, indeks Stoxx600 di Eropa merosot hingga 6 persen pada awal sesi perdagangan. Akan tetapi, tekanan indeks acuan itu berkurang hingga ditutup turun 4,54 persen. Indeks CAC 40 di Prancis tersungkur 4,8 persen. Indeks DAX Jerman merosot 4,26 persen dan indeks FTSE 100 di Inggris terperosok 4,4 persen.
Advertisement
Bursa Saham Eropa Sempat Menguat
Sentimen perang tarif global masih membayangi bursa saham Eropa. Namun, indeks Stoxx600 ditutup naik 2,72 persen pada Selasa, 8 April 2025.
Sementara itu, indeks CAC 40 di Prancis dan indeks DAX di Jerman menguat 2,5 persen. Sedangkan indeks FTSE 100 mendaki 2,7 persen.
Pemulihan saham tercermin secara global pada Selasa seiring penguatan di bursa Asia Pasifik pada Selasa. Di tengah sejumlah aksi beli sahaam harga saham sedang turun, investor juga tampak berharap AS akan mulai pembicaraan yang dapat hasilkan kesepakatan yang menurunkan bea masuk dari waktu ke waktu.
Akan tetapi, pada perdagangan Rabu, 9 April 2025, bursa saham Eropa kembali tertekan. Hingga Rabu siang waktu setempat, indeks Stoxx600 turun 4 persen yang didorong semua sektor saham berada di wilayah negatif.
Sektor saham perawatan kesehatan dan minyak serta gas catat koreksi terbesar dengan turun masing-masing 5,7 persen dan 5,5 persen.
Indeks CAC 40 di Prancis melemah 3,8 persen. Sedangkan indeks Jerman yakni indeks DAX turun 3,9 persen dan indeks FTSE 100 merosot 3,5 persen.
Asia Pasifik
Selain AS dan Eropa, bursa saham Asia Pasifik juga anjlok pada perdagangan Kamis, 3 April 2025. Hal ini setelah Presiden AS Donald Trump terapkan tarif timbal balik yang besar kepada lebih dari 180 negara dan wilayah.
“Banyak ekonomi Asia memiliki proporsi yang relatif tinggi dari nilai tambah ekspor mereka yang berakhir di AS, sehingga penerapan tarif secara luas secara global akan hambat efek untuk mengarahkan kembali perdagangan,” ujar Chief Emerging Markets Macro Strategist T.Rowe Price Chris Kushlis seperti dikutip dari CNBC.
Bursa saham Jepang memimpin koreksi di Asia pada perdagangan Kamis, 3 April 2025. Indeks Nikkei 225 turun lebih dari 4 persen, dan pada penutupan turun 2,77 persen ke posisi 34.735,93.
Indeks Topix merosot 3,08 persen ke posisi 2.568,61. Di Korea Selatan, indeks Kospi susut 0,76 persen ke posisi 2.486,70. Indeks Kosdaq merosot 0,2 persen ke posisi 683,49.
Indeks CSI 300 di China melemah 0,59 persen dan akhir perdagangan di posisi 3.861,50. Indeks Hang Seng di Hong Kong tergelincir 1,5 persen menjadi 22.849,81.
Indeks acuan Nifty 50 di India melemah 0,26 persen. Sedangkan indeks BSE Sensex merosot 0,36 persen. Indeks ASX 200 di Australia susut 0,94 persen.
Perdagangan Jumat, 4 April 2025
Koreksi bursa saham Asia Pasifik kembali terjadi pada Jumat, 4 April 2025. Indeks Nikkei di Jepang pimpin koreksi yang merosot 2,75 persen ke posisi 33.780,58. Indeks Topix terpangkas 3,37 persen ke posisi 2.482,06.
Mengutip CNBC, indeks ASX 200 di Australia melemah 2,44 persen ke posisi 7.667,8. Lalu indeks Kospi di Korea Selatan tergelincir 0,86 persen ke posisi 2.465,42 dan indeks Kosdaq yang mencatatkan kapitalisasi pasar saham kecil turun 0,57 persen ke posisi 687,39 setelah Mahkamah Konstitusi Korea Selatan menguatkan pemakzulan Presiden Yoon Suk Yeol yang melengserkan dari jabatannya.
Keputusan ini memulai hitungan mundur 60 hari di mana pemilihan presiden harus digelar untuk memilih presiden berikutnya. Perdana Menteri Han Duck-soo telah diangkat kembali sebagai penjabat presiden sementara.
Sedangkan bursa saham Hong Kong dan China libur untuk peringatan Festival Qingming.
Advertisement
Indeks Hang Seng Sempat Pimpin Koreksi pada 7 April 2025
Tekanan bursa saham Asia Pasifik pun berlanjut pada Senin, 7 April 2025. Hal ini masih dipicu tarif dagang Presiden AS Donald Trump.
Bursa saham Hong Kong memimpin penurunan di Asia Pasifik. Indeks Hang Seng terpangkas 13,22 persen menjadi 19.828,30. Sementara itu, indeks Hang Seng teknologi susut 17,16 persen menjadi 4.401,51. Indeks CSI 300 melemah 7,05 persen menjadi 3.589,44. Koreksi itu membuat penurunan terbesar dalam satu hari sejak Oktober lalu.
UOB Kay Hian Chief Investment Officer for Wealth Management, Qi Wang mengatakan, bursa China telah terpukul oleh tindakan balasan Beijing atas tarif Trump. Dalam jangka pendek, ia prediksi pasar berdasarkan reaksi ini. Ke depan, Wang terus mencermati respons resmi dari Uni Eropa yang mengatakan tengah mempersiapkan tindakan balasan. Ia mengamati reaksi AS terhadap respons terbaru China.
Wang juga perhatikan sentimen politik di AS, terutama karena konsumen AS jelas tidak senang dengan hal ini.
Di sisi lain, indeks Nikkei 225 melemah 7,83 persen ke level terendah dalam 18 bulan di 31.136,58. Indeks Topix terperosok 7,79 persen menjadi 2.288,666.
Di Korea Selatan, indeks Kospi susut 5,57 persen menjadi 2.328,20. Indeks Kosdaq tergelincir 5,25 persen menjadi 651,30. Indeks ASX 200 di Australia melemah 4,23 persen hingga ditutup ke level 7.343,30. Indeks acuan itu susut ke wilayah koreksi dengan penurunan 11 persen sejak level tertinggi terakhirnya pada Februari pada sesi sebelumnya. Indeks acuan di India yakni Nifty 50 tergelincir 4,08 persen.
Bursa Saham Asia Pasifik pada 8-9 April 2025
Usai alami koreksi, bursa saham Asia Pasifik menguat pada Selasa, 8 April 2025. Setelah alami koreksi tajam, indeks Hang Seng di Hong Kong berbalik arah menguat.
Indeks Hang Seng di Hong Kong naik lebih dari 1,51 persen. Indeks Hang Seng ditutup ke posisi 20.127,68. Indeks Hang Seng teknologi bertambah 4,49 persen.
Pada perdagangan awal pekan ini, indeks Hang Seng memimpin koreksi. Indeks anjlok lebih dari 13 persen pada Senin, 7 April 2025, dan catat penurunan satu hari tertajam sejak 1997, demikian berdasarkan data FactSet.Selain itu, indeks CSI 300 di China naik 1,71 persen hingga ditutup ke posisi 3.650,76.
Selain itu, indeks ASX 200 menguat 2,27 persen dan ditutup ke level 7.510. Indeks Nikkei 225 di Jepang mendaki 6,03 persen dan ditutup ke posisi 33.012,58. Indeks Topix melesat 6,26 persen dan ditutup di posisi 2.432,02. Indeks Kospi di Korea Selatan menanjak 0,26 persen dan ditutup ke posisi 2.334,23. Indeks Kosdaq bertambah 1,1 persen dan ditutup ke posisi 658,45.
Sementara itu, indeks acuan Vietnam susut 6,48 persen setelah kembali dari hari libur. Indeks SET Thailand turun ke level terendah sejak Maret 2020.
Bursa saham Asia Pasifik yang menguat hanya sementara. Pada perdagangan Rabu, 9 April 2025, bursa saham Asia Pasifik lesu setelah tarif Trump mulai berlaku pada Rabu pekan ini.
Indeks ASX 200 di Australia turun 1,8 persen, dan ditutup ke posisi 7.375. Indeks Nikkei 225 di Jepang melemah 3,93 persen, dan ditutup ke posisi 31.714,03. Indeks Topix terpangkas 3,4 persen ke posisi 2.349,33.
Indeks Kospi di Korea Selatan turun 1,74 persen, ke posisi 2.293,7. Indeks acuan itu telah turun lebih dari 20 persen dari level tertinggi sejak Juli 2024. Indeks Kosdaq susut 2,29 persen.
Di sisi lain, indeks Hang Seng menguat 0,68 persen ke posisi 20.264,49. Indeks Hang Seng teknologi naik 2,64 persen. Indeks CSI 300 di China menguat 0,99 persen dan ditutup ke posisi 3.686,79.
Advertisement
Pasar Saham Indonesia
Bursa Efek Indonesia (BEI) libur sejak 28 Maret 2025-7 April 2025. Pada saat itu, bursa saham global telah bergejolak seiring pengumuman tarif impor baru AS pada 2 April 2025.
Pasar saham Indonesia pun terkena dampak dari sentimen global itu. Bahkan IHSG sempat trading halt atau alami penghentian sementara usai turun lebih dari 9 persen pada awal sesi perdagangan Selasa, 8 April 2025. Hal ini seiring Bursa Efek Indonesia (BEI) menyesuaikan ketentuan trading halt IHSG menjadi 8 persen dan selama 30 menit.
Namun, koreksi IHSG menjadi berkurang pada sesi kedua. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup merosot 7,9 persen ke posisi 5.996,14 pada Selasa, 8 April 2025. Koreksi IHSG termasuk besar dalam satu hari usai libur Lebaran 2025.
Mengutip Antara, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menuturkan, IHSG terkenal trading halt seiring pasar dikejutkan kebijakan pemerintah AS yang umumkan kebijakan tarif impor baru. Indonesia pun terkena tarif 32 persen.
Maximilianus mengatakan, kebijakan tarif impor oleh AS membuat pelaku pasar khawatir akan terjadi perlambatan ekonomi global dan berimbas ke ekonomi dalam negeri, sehingga dikhawatirkan potensi munculnya perlambatan ekonomi yang dikhawatirkan akan berdampak terhadap pemutusan hubungan pekerjaan.
Pelaku pasar menantikan keputusan hasil negosiasi dan sikap pemerintah terkait perkembangan dinamika soal tarif resiprokal oleh AS, yang akan meredakan kecemasan pasar.
IHSG pada Rabu, 9 April 2025
Penurunan IHSG pun mulai berkurang pada perdagangan Rabu, 9 April 2025 di tengah sentimen perang tarif masih membayangi. IHSG ditutup melemah tipis 0,47 persen ke posisi 5.967,98.
VP Marketing, Strategy & Planning Kiwoom Sekuritas, Oktavianus Audi menuturkan, tekanan pasar masih tinggi seiring AS dan China saling serang mengenai tarif.
“Terbaru AS kembali menargetkan tarif tambahan baru kepada China sebesar 50 persen. Hal ini dikhawatirkan masih akan meningkatkan gejolak ekonomi,” kata dia dikutip dari Antara.
Audi melihat pasar sudah mulai merefleksikan dampak tarif resiprokal AS di pasar dan setelah mendapatkan langkah berikutnya dari pemerintah, dengan menerima pengenaan tarif serta melakukan langkah diplomasi melalui negosiasi.
Donald Trump dalam media sosialnya X, mengancam akan mengenakan tarif tambahan sebesar 50 persen terhadap China mulai 9 April 2025 apabila China tidak menarik tambahan tarif sebesar 34 persen paling lambat Selasa (8/4).
Trump mengatakan semua pembicaraan dengan China akan dihentikan, sementara negosiasi dengan negara lain akan segera dimulai.
Apabila hal itu benar-benar dilakukan oleh Trump, artinya barang-barang asal China akan dikenakan tarif impor sangat tinggi yaitu 104 persen.
