Liputan6.com, Jakarta - Sepi, terpencil dan kumuh. Alih-alih Untuk menuju desa tetangga, warga harus berjalan kaki sejauh 11 kilometer karena tak ada jalan raya yang mendukung serta moda transportasi yang memadai. Warga pun akhirnya hanya mengandalkan perahu untuk menyusuri Sungai Kelekar menuju desa lain.
Soal sarana komunikasi, memegang telepon seluler atau bermain media sosial hanya menyisakan rasa kesal, saking sulitnya menemukan sinyal di desa ini.
Namun, itu adalah gambaran masa lalu dari Desa Burai, Kecamatan Tanjung Batu, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan. Kini suasananya sudah jauh berubah. Bahkan, desa ini menjadi salah satu destinasi wisata baru di Bumi Sriwijaya.
Advertisement
"Pembangunan di desa kami kini maju pesat dan kami tak lagi terbelakang sejak dibantu Pertamina Prabumulih," ujar Pelaksana Harian Kepala Desa Burai M Tafdil saat Liputan6.com berkunjung ke desa itu pada Rabu (20/11/2019) lalu.
Ucapan itu memang benar adanya. Paling tidak itu terlihat dari rumah-rumah yang dihuni 1.976 jiwa dengan total 436 kepala keluarga. Rumah-rumah itu dicat dengan warna-warni yang sangat mencolok mata jika dilihat dari kejauhan. Dengan cara itulah Burai menarik perhatian orang yang melewati kampung mereka.
Namun, yang membuat kehidupan dan perekonomian warga Burai kini menggeliat bukan karena cat rumah mereka. Warga Burai kini berubah, tak hanya menjadi desa para petani dan nelayan, melainkan telah menjadi pelaku ekonomi yang aktif dengan memberdayakan keahlian yang ada dengan dukungan alam sekitar.
Warga desa ini sadar betul bahwa alam sekitar mereka bisa menjadi magnet untuk orang bisa datang. Demikian pula dengan keterampilan yang dimiliki warganya yang belum tergarap secara ekonomi, diyakini bisa memberikan nilai tambah. Maka tercetuslah gagasan menciptakan kawasan wisata dengaan sebutan Bu Dewi atau Burai Desa Wisata.
Dengan dukungan penuh dari program CSR PT Pertamina EP Asset 2 Prabumulih Field, masyarakat setempat mulai bangkit. Mantan Kepala Desa Burai Feriyanto yang kini sedang mencalonkan diri kembali di pilkades mendatang menjelaskan, sejak desanya dicanangkan menjadi salah satu destinasi wisata air oleh Bupati Ogan Ilir, sudah banyak perubahan yang terjadi.
"Sekarang dengan bantuan Pemda Ogan Ilir dan CSR Prabumulih Field, akhirnya Desa Burai banyak menarik perhatian khalayak yang ingin menikmati keindahan desa kami," ujarnya dalam pertemuan di Balai Karang Taruna Desa Burai pada Rabu lalu.
Untuk mewujudkan kampung terpencil ini menjadi Bu Dewi, pihak Pertamina EP Asset 2 Prabumulih antara lain meningkatkan infrastruktur sarana dan prasarana serta pendampingan SDM kelompok masyarakat untuk dapat mewujudkan Burai sebagai destinasi wisata yang pengelolaannya secara mandiri dilakukan oleh masyarakat.
Pengelolaan tersebut meliputi antara lain pembangunan kampung warna warni, pembangunan spot-spot wisata selfie, pembangunan saung wisata, pembangunan rumah galeri produk khas Burai, pembentukan kelompok sadar wisata(Pokdarwis), pendampingan kesenian tari Beumme, penyelenggaraan lomba bidar mini dan penguatan wisata air.
Hasilnya kini nyata terlihat, seperti tampilan rumah, kelengkapan fasilitas umum, dan jalan desa yang dicat warna-warni. Kemudian, sebagai destinasi ekowisata, dikembangkan pula program wisata air dan memancing, serta budidaya ikan ramah lingkungan melalui pakan organik, yang menjadi tambahan penghasilan dan magnet pariwisata.
Ada pula rumah Bari dengan bentuk rumah panggung yang dibangun langsung di atas air. Demikian pun, Desa Burai menyimpan potensi wisata lain, seperti keberadaan rumah tradisional Bari yang berusia lebih dari 200 tahun, tari tradisional Bumme, kerajinan berupa songket dan kuliner khas pesisir seperti pindang.
Komitmen PT Pertamina EP melalui Asset 2 Prabumulih Field terhadap pemberdayaan masyarakat yang berkelanjutan itu mendapatkan apresiasi dari Kabupaten Ogan Ilir. Penghargaan diserahkan Bupati Ogan Ilir Ilyas Panji Alam atas partisipasi aktif dan nyata perusahaan dalam penyelenggaraan program CSR.
Sementara itu, Ndirga Andri Sisworo selaku Field Manager Asset 2 Prabumulih mengatakan, program Bu Dewi yang telah memperoleh penghargaan The Best Nusantara CSR Awards 2019 by LaTofi School of CSR diharapkan bisa mengubah kehidupan warga desa yang sebelumnya tertinggal menjadi desa yang bergairah dan berdaya.
"Keberhasilan program ini menjadi kebanggaan perusahaan serta sebagai wujud partisipasi Pertamina dalam memberikan additional value bagi masyarakat. Seirama dengan tujuan utama program ini, yaitu untuk mendongkrak dan meningkatkan citra Desa Burai sebagai destinasi wisata di kabupaten Ogan Ilir, dalam peningkatan pariwisata daerah," kata Ndirga.
Â
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Sampah Jadi Berkah
Tak hanya memberdayakan warga di Desa Burai, Pertamina EP Asset 2 Prabumulih juga menginspirasi warga yang tinggal di perumahan mereka. Caranya adalah dengan pemilahan sampah sejak dari rumah yang sudah menjadi kebiasaan sebagian besar warga komplek Pertamina Prabumulih menjadi berdayaguna.
Untuk itu dibuatlah program Sarah atau Sampah Jadi Berkah yang digagas PT Pertamina Asset 2 Prabumulih Field dan Institut Agroekologi Indonesia (INAgri) dan melibatkan Pusat Daur Ulang (PDU) Kota Prabumulih.
Diakui, memilah sampah berdasar jenis sudah menjadi kebiasaan sehari-hari di Kompleks Pertamina Prabumulih. Sampah organik misalnya hasil menyapu di taman, dijadikan kompos di belakang rumah. Sampah bukan organik seperti jenis-jenis plastik, botol beling, dan lainnya, dimasukkan ke kantong-kantong plastik berbeda.
Namun, upaya itu tak ada artinya karena ketika dibawa oleh truk sampah, semuanya kembali dicampur dan dibawa ke pembuangan. Akhirnya dilakukan perbaikan manajemen pengelolaan sampah di Komperta Pertamina. Pengelolaan yang dilakukan bukan hanya pengumpulan (dari sumber) dan pengangkutan (ke tempat pembuangan akhir) namun dengan sistem yang utuh dan terpadu.
Maksudnya terpadu, kalau salah satu tahapan tidak berjalan, akan mengganggu fungsi lain. Dimulai dengan pemilahan sejak dari sumber (rumah), pengumpulan (door to door dan kolektif), pengangkutan, pengolahan, hingga pemanfaatan kembali. Melalui program SARAH, dibangun pula pusat pengolahan kompos dan daur ulang. Lokasinya di stasiun lapangan INAgri.
Sementara itu, anggota Dewan Pembina INAgri Syamsul Asinar Radjam mengungkapkan, Sarah lebih tepat diartikan sebagai hasil sampingan atau by-product dari kegiatan produksi maupun konsumsi. Misal, dari menanam padi di huma, hasil utama adalah gabah (atau lebih tepatnya beras), sementara hasil sampingannya adalah jerami, sekam (kulit padi), bahkan dedak.
Kesemua hasil sampingan ini dapat dimanfaatkan, misal dikembalikan ke lahan agar tanah menjadi subur dan bisa juga yang dijadikan pakan ternak. Dari sisi konsumsi, misalnya ketika mengonsumsi minuman dalam kemasan botol plastik, airnya dikonsumsi maka botolnya hasil sampingan yang dapat dimanfaatkan guna dipakai ulang, didaur, atau dijual ke tempat daur ulang.
"Melalui program Sarah, ada upaya merevitalisasi cara pandang terhadap sampah. Pada masa kini, sampah dipandang sebagai barang atau benda yang dibuang karena tidak terpakai lagi dan lainnya. Jadi sedapat mungkin, selekas mungkin, yang namanya sampah harus dibuang," ucap Syamsul saat ditemui di Kawasan Kebun Contoh Organik Sarah, Komperta Pertamina Prabumulih, Kamis (21/11/2019) siang.
Dalam program Sarah, semua sampah yang sudah dipilah dari sumber akan didaurulang kemudian dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk keberlanjutan pengelolaan sampah. Jenis sampah anorganik akan diolah hingga siap didaur, sampah organik akan didaur ulang menjadi kompos untuk dikembalikan ke komperta dengan berbagai cara.
Bahkan warga komperta bisa mendapatkan kompos untuk berkebun di pekarangan masing-masing, sehingga sampah jadi berkah bukan sebatas nama kegiatan.
Â
Â
Advertisement