Kata MPR soal Langkah Mendikbud Nadiem Makarim Hapus Ujian Nasional

Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid angkat bicara mengenai penghapusan ujian nasional (UN) oleh Mendikbud Nadiem Makarim.

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Des 2019, 17:38 WIB
Diterbitkan 11 Des 2019, 17:38 WIB
Sambut Hari Santri Nasional 2018, PKB Luncurkan Musabaqoh Kitab Kuning
Ketum PKB Muhaimin Iskandar (kanan) bersama Ketua Panitia Hari Santri Jazilul Fawaid (tengah), dan Pengasuh Ponpes KH Luqman Hakim saat launching Musabaqoh Kitab Kuning di Jakarta, Minggu (14/10). (Liputan6.com/JohanTallo)

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid angkat bicara mengenai penghapusan ujian nasional (UN) oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim.

Jazilul mengatakan tidak ada masalah dengan penghentian UN, namun ia memberi catatan agar tidak menghilangkan pendidikan Pancasila di sekolah.

"Yang penting Pancasila jangan dihapuskan, kalau dari sisi MPR ya, UN itu kan soal sistem saja untuk menilai seberapa berhasil dari ujian itu. Tapi kalau yang menjadi tugas MPR, saya berharap Pak Nadiem juga peka untuk memasukkan Pancasila dan kebangsaan dalam kurikulum. Itu aja yang menjadi concern," kata Jazilul di kompleks parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (11/12/2019).

Menurut Jazilul, UN hanyalah alat untuk mengukur hasil belajar, oleh karena itu bentuknya bisa diganti apa saja. Dia menyerahkan keputusan UN pada Mendikbud dan mitra kerjanya yakni Komisi X DPR RI.

"Soal UN atau tidak, nanti biar Komisi X sama Pak Nadiem yang membicarakan. Concern kami di MPR, pendidikan ini kaitannya dengan pendidikan kebangsaan, Pancasila ini perlu penguatan. Apa Pak Nadiem juga tidak berpikir itu?" ujar Jazilul.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


UN Digantikan Asesmen Kompetensi Minimum

Sebelumnya, Nadiem menegaskan bahwa Ujian Nasional atau UN 2020 merupakan yang terakhir. Pada 2021, UN akan digantikan dengan Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter.

"Penyelenggaraan UN tahun 2021, akan diubah menjadi Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter, yang terdiri dari kemampuan bernalar menggunakan bahasa (literasi), kemampuan bernalar menggunakan matematika (numerasi), dan penguatan pendidikan karakter," jelas Nadiem di Hotel Bidakara, Jakarta, Rabu (11/12/2019).

Menurut Nadiem, Ujian Nasional dianggap kurang ideal untuk mengukur prestasi belajar. Materi UN juga terlalu padat, sehingga cenderung berfokus pada hafalan, bukan kompetensi.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya