Ketua Umum PBNU Sindir Sri Mulyani soal Pemberian Kredit Rp 12 Triliun

Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj mengatakan, ada sekelompok kecil menikmati kekayaan alam di Indonesia.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 26 Des 2019, 11:33 WIB
Diterbitkan 26 Des 2019, 11:33 WIB
PBNU dan Bulog Luncurkan Rumah Pangan Santri
Ketum PBNU Said Aqil Siroj memberikan sambutan saat peluncuran Rumah Pangan Santri di Gedung PBNU, Jakarta, Rabu (3/10). PBNU dan Bulog meluncurkan Rumah Pangan Santri yang dapat diakses melalui aplikasi di ponsel pintar. (Merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Said Aqil Siradj menyindir Menteri Keuangan Sri Mulyani soal rencana kementerian itu memberikan kredit untuk warga nahdliyin.

Hal ini terungkap dalam potongan video ceramah Said Aqil Siradj yang diterima Liputan6.com. Di mana, dalam video berdurasi 3.29 menit tersebut, dia juga menyebut soal ketimpangan antara kaya dan miskin yang masih sangat terlihat jelas di Indonesia.

Dalam hal ini, Said langsung mengkaitkan dengan organisasinya yang belum mampu mengatasi itu semua. Menurut dia, tak mampunya PBNU menjalankan program yang diputuskan dalam Muktamar NU, karena belum ada afirmasi dari pemerintah.

Di sinilah dia mengungkapkan soal MoU dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani.

"Pernah kita MoU dengan Menteri Sri Mulyani, katanya akan menggelontorkan kredit murah Rp 1,5 triliun. Sampai hari ini satu peser pun belum terlaksana," kata KH Said dikutip dalam potongan videonya, Kamis (27/12/2019).

"Ini biar tahu semua, seperti apa pemerintah kita ini. Biar tahu semua," lanjut dia.

Dia pun langsung mengatakan, ada sekelompok kecil menikmati kekayaan alam di Indonesia.

"Freeport, uranium, nikel, apalagi batu bara, semuanya dihabisin, dihabisin. Oleh siapa? Oleh segelintir orang saja," kata Said.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Orang Miskin Terpinggirkan

Dia juga menyebut orang miskin berada di pinggir kekayaan tersebut. Seperti di tepi laut, di pinggir hutan, bahkan di sebelah pertambangan.

"Harmonis dalam agama, harmonis dalam bermasyarakat, sudah kami lakukan. Tapi harmonis jalan ekonomi, masih jauh panggang dari api," pungkas Said.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya