Liputan6.com, Jakarta Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati menilai terjadi pemendekan siklus cuaca ekstrem yang terjadi di Indonesia.
Menurut rektor pertama Universitas Gadjah Mada (UGM) itu, siklus cuaca ekstrem yang biasanya terjadi selama 20 tahun atau 30 tahunan kini memendek hanya lima tahunan.
Baca Juga
"Artinya apa? Kenapa bisa demikian? Meskipun hujannya tinggi tapi perubahan lingkungan itu yang mempercepat siklus balik itu datang. Jadi ada pengaruhnya," papar Dwikorita di gedung BPPT, Jakarta, Jumat (3/1/2019).
Advertisement
Oleh karenanya, lanjut dia, manusia juga harus bisa beradaptasi dengan perubahan ini. Dwikorita pun menekankan pentingnya mitigasi bencana. Utamanya yang menyangkut peringatan dini bencana.
Menurut dia, peringatan dini sudah diberikan seminggu sebelum bencana banjir menimpa Jakarta.
"Peringatan dini yang sudah disampaikan seminggu sebelumnya, tanggal 23, 27, 28 dan terakhir bersama Kepala BNPB tanggal 30 Desember ternyata dianggap kurang dahsyat," jelas dia.
Peringatan dini yang disampaikan pihaknya seakan tidak diindahkan oleh publik. Rita menganggap publik menafsirkan peringatan dini itu sebagai perkiraan yang tidak ada dasar perhitungannya.
Padahal lanjut dia, peringatan dini yang BMKG sampaikan merupakan suatu bentuk prakiraan yang dilandaskan pada perhitungan matematis.
"Dasarnya apa? Dasarnya data. Data dari mana? Tidak cukup data satelit, tapi data dari radar-radar. Kami memiliki puluhan radar kemudian data itu dihitung secara matematis dengan modeling," ungkapnya.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Percaya Prakiraan
Menurut Rita, modeling saja tidak cukup. Ditambah lagi dengan data yang dihimpun dari stasiun cuaca yang tersebar di berbagai daerah.
"Sehingga mohon dengan sangat percayailah prakiraan. Memang bisa salah, karena kami bukan Tahun. Tapi akurasi kami adalah 80 sampai 85 persen," jelasnya.
Advertisement