Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Muhadjir Effendy memimpin rapat koordinasi, membahas masalah banjir di DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat pada Selasa (7/1/2020).
Dalam rapat ini, Muhadjir menyebut bahwa banjir yang merendam sejumlah wilayah di Jakarta pada 1 Januari 2020 bukan hanya karena kiriman dari Bogor saja, melainkan disebabkan curah hujan tinggi.
"DKI ini banjir sebetulnya tidak karena sumbangan dari atas saja, tetapi memang curah hujan tinggi, sangat ekstrim, yang sebetulnya 100 milimeter per hari itu sudah sangat-sangat tinggi, tapi kemarin 374 milimeter kan itu berarti dua kali lipat lebih." kata Muhadjir.
Advertisement
Muhadjir juga meminta laporan perkembangan situasi banjir dari kementerian terkait dan kepala daerah yang wilayahnya terkena bencana.
Baca Juga
"Setelah evaluasi kemudian kita ingin dapatkan masukan-masukan kemudian nanti kita merumuskan langkah berikutnya untuk tahap pemulihan itu," ucap Muhadjir.
Selain itu, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini meminta kepala daerah memetakan wilayah mana saja yang rawan banjir. Sehingga bisa meminimalisir dampak dari banjir tersebut.
"Ini sudah kita petakan, termasuk tadi masih datang lagi enggak banjir dari pusatnya yang dari sumber-sumber yang sekarang ini, itu juga masih kita evaluasi," ucap Muhadjir.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Tak Lagi Mengungsi
Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan menghadiri rapat koordinasi dan sinkronisasi bersama Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy, dan Gubernur Banten. Dalam rapat tersebut Anies menyampaikan mayoritas warga korban banjir sudah kembali ke rumah masing-masing.
"Di DKI Jakarta di hari ketujuh, mayoritas pengungsi telah kembali ke rumahnya," ujar Anies, Selasa (7/1/2020).
Ia merinci, jumlah pengungsi di hari ketujuh tercatat 697 orang dan tenda pengungsian sebanyak 7 unit. Bahkan, kata Anies, warga tak lagi tinggal di tenda pengungsian. Mereka hanya memanfaatkan tenda sebagai tempat istirahat usai membersihkan rumah dari sisa-sisa banjir.
"Sejak hari keempat, tidak ada lagi pengungsi 24 jam. Tempat pengungsi lebih ke tempat istirahat, makan, ganti pakaian, jadi bukan 24 jam. Begitu juga dengan 7 lokasi tersisa, untuk istirahat, makan, minum, sambil selesaikan pembersihan di rumahnya," ujarnya.
Â
(Winda Nelfira)
Advertisement