Sebelum Keraton Agung Sejagat, Ini 4 Kerajaan yang Pernah Gegerkan Indonesia

Namun rupanya, Keraton Agung Sejagat bukanlah yang pertama muncul. Pernah ada Kerajaan Ubur-Ubur dan Kerajaan Tuhan Lia Eden.

oleh Devira Prastiwi diperbarui 15 Jan 2020, 06:30 WIB
Diterbitkan 15 Jan 2020, 06:30 WIB
[Bintang] Lia Eden
Lia Eden | Via: facebook.com

Liputan6.com, Jakarta - Keraton Agung Sejagat yang ada di Purworejo, Jawa Tengah belum lama ini menggegerkan publik. Bagaimana tidak, nama keraton ini sebelumnya tidak pernah terdengar sama sekali.

Keraton Agung Sejagat berdiri di atas sebuah bangunan yang berbentuk mirip pendopo. Keraton ini berada di Desa Pogung Jurutengah, Bayan, Kabupaten Purworejo.

Sebelah utara bangunan yang belum selesai dibangun itu terdapat sebuah sendang (kolam) yang keberadaannya konon sangat disakralkan.

Di lokasi tersebut juga terdapat sebuah prasasti bertuliskan huruf Jawa, pada bagian kiri prasasti ada tanda dua telapak kaki, dan di bagian kanan ada sebuah simbol. Prasasti ini disebut dengan Prasasti I Bumi Mataram.

Awal ramainya keraton ini setelah mereka mengadakan acara Wilujengan dan Kirab Budaya pada Jumat-Minggu, 10-12 Januari 2020.

Namun rupanya, Keraton Agung Sejagat bukanlah yang pertama muncul. Sebelumnya, pada 2018 silam, pernah ada Kerajaan Ubur-Ubur.

Bukan hanya namanya yang menggelitik, suami istri yang memimpin aliran sesat di Serang, Banten itu mengajarkan sejumlah hal yang menyimpang dari ajaran aslinya.

Berikut kerajaan-kerajaan yang pernah muncul di Indonesia sebelum Keraton Agung Sejagat dihimpun Liputan6.com:

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Keraton Agung Sejagat

Ilustrasi Keraton Agung Sejagat
Ilustrasi Keraton Agung Sejagat. (Liputan6.com/Rita Ayuningtyas)

Nama Keraton Agung Sejagat belakangan sangat tenar. Hal itu lantaran, keraton yang disebut ada di Purworejo, Jawa Tengah tersebut tidak pernah terdengar sebelumnya.

Keraton itu berdiri di atas bangunan yang mirip pendopo di Desa Pogung Jurutengah, Bayan, Kabupaten Purworejo. Sebelah utara bangunan yang belum selesai dibangun itu terdapat sebuah sendang (kolam) yang keberadaannya konon sangat disakralkan.

Di lokasi tersebut juga ada sebuah batu prasasti bertuliskan huruf Jawa, pada bagian kiri prasasti ada tanda dua telapak kaki, dan di bagian kanan ada sebuah simbol. Prasasti ini disebut dengan Prasasti I Bumi Mataram.

Viralnya kemunculan Keraton Agung Sejagat setelah mereka mengadakan acara Wilujengan dan Kirab Budaya pada Jumat-Minggu, 10-12 Januari 2020. Pengikut mereka bahkan mencapai 450 orang.

Keraton Agung Sejagat dipimpin oleh seseorang yang dipanggil Sinuwun yang bernama asli Totok Santosa Hadiningrat dan istrinya yang dipanggil Kanjeng Ratu yang memiliki nama Dyah Gitarja.

Penasihat Keraton Agung Sejagat, Resi Joyodiningrat menegaskan, Keraton Agung Sejagat bukan aliran sesat. Ia pun meminta masyarakat tidak khawatir.

Dia mengatakan, Keraton Agung Sejagat merupakan kerajaan atau kekaisaran dunia yang muncul karena telah berakhir perjanjian 500 tahun yang lalu, terhitung sejak hilangnya Kemaharajaan Nusantara, yaitu imperium Majapahit pada 1518 sampai dengan 2018.

Perjanjian 500 tahun tersebut dilakukan oleh Dyah Ranawijaya sebagai penguasa imperium Majapahit dengan Portugis sebagai wakil orang barat atau bekas koloni Kekaisaran Romawi di Malaka, tahun 1518

Joyodiningrat menyampaikan, dengan berakhirnya perjanjian tersebut, maka berakhir pula dominasi kekuasaan barat mengontrol dunia. Dominasi Amerika Serikat setelah Perang Dunia II dan kekuasaan tertinggi harus dikembalikan ke pemiliknya, yaitu Keraton Agung Sejagat sebagai penerus Medang Majapahit yang merupakan Dinasti Sanjaya dan Syailendra.

Saat ini, Polres Purworejo, TNI, dan Pemerintah Kabupaten Purworejo berencana mengklarifikasi munculnya Keraton Agung Sejagat di Desa Pogung Jurutengah, Bayan, Kabupaten Purworejo.

"Kami mengetahui informasi tersebut, namun tindak lanjut belum bisa sampai langkah hukum dan kita akan bareng-bareng melakukan klarifikasi," kata Wakapolres Purworejo Kompol Andis Arfan Tofani, di Purworejo, seperti dilansir Antara, Senin 13 Januari 2020.

Dia mengatakan, hal ini perlu dilakukan karena belum ada konfirmasi langsung dari pimpinan Keraton Agung Sejagat tersebut dan selama ini informasinya masih simpang siur.

"Kami memang sudah komunikasi dengan camat dan kades setempat tentang hal tersebut dan mereka akan lapor bupati lebih dulu," ujar Andis.

Dia menyampaikan, sementara ini, pihaknya meminta masyarakat sekitar agar tidak resah dengan adanya Keraton Agung Sejagat.

 

Kerajaan Ubur-Ubur

Ratu Kerajaan Ubur-Ubur Bertaubat
Ratu Kerajaan Ubur-Ubur bertaubat. (Liputan6.com/Yandhi Deslatama)

Pada 2018, muncul aliran sesat yang dibentuk pasangan suami istri bernama Rudi dan Aisyah. Mereka dikenal warga sebagai muslim meski tak pernah salat berjamaah di masjid ataupun musala dekat rumahnya, yang baru ditinggali sekitar dua tahun.

Pengikut aliran sesat itu mayoritas warga Jawa Timur dan Jawa Tengah. Menurut keterangan pengikutnya, Aisyah mengaku sebagai Ratu Kidul yang menganut agama Sunda Wiwitan, yang mengakui Alquran dan Allah SWT.

Namun, Aisyah mengatakan kalau Allah SWT memiliki makam menyerupai petilasan. Dia pun percaya kalau Nabi Muhammad berjenis kelamin perempuan.

Bahkan, Aisyah pun menjelaskan alasan setiap yang pergi haji mencium hajar Aswad karena dianggap kelamin perempuan. Kakbah pun bukan lah kiblat umat Muslim, tetapi tempat pemujaan berhala.

"Kesimpulan kami dia bukan Islam. Dia menyebarkan atas nama Alquran, ini sudah meresahkan. Kalau seperti itu Islam sudah ternodai," kata Anas Tajudin, Sekretaris MUI Kota Serang, di lokasi yang sama, Senin, 13 Agustus 2018.

Dugaan sementara, kelompok aliran sesat Kerajaan Ubur-Ubur yang dipimpin oleh suami istri itu memiliki tujuan ekonomi seperti mengumpulkan uang dan menyimpannya di berbagai bank, baik dalam maupun luar negeri.

 

Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar)

4 Ciri Ajaran Gafatar yang Perlu Kamu Tahu Agar Tak Terjebak
Gafatar lagi heboh banget diomongin. Organisasi ini diyakini aliran sesat. Kenali ciri-cirinya biar kamu gak terjebak.

Sebelumnya pada 14 Januari 2016, Bareskrim Polri menerima laporan tentang adanya aliran sesat pimpinan Ahmad Musadeq. Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) namanya. Musadeq‎ mengaku sebagai nabi setelah Nabi Muhammad SAW.

Kelompok ini mengklaim memiliki 50 ribu anggota. Puluhan ribu anggota itu tersebar di 12 wilayah negara Karunia Tuhan Semesta Alam Nusantara yang dibentuk oleh ketua umumnya, Mahful Muis Tumanurung.

"Anggotanya cukup banyak, 40 sampai 50 ribu yang tersebar di seluruh Indonesia," ungkap Kasubdit I (Keamanan Negara dan Separatis) AKBP Satria Hady Permana di kompleks Mabes Polri, Jakarta Selatan, Senin 30 Mei 2016.

Satria menuturkan, setiap anggota diminta menyetorkan uang dengan modus untuk kegiatan sosial Gafatar. Uang tersebut kemudian dikumpulkan pada bendahara dari tingkat RT, RW, kecamatan, daerah, sampai tingkat nasional.

Gafatar menjadi organisasi yang dicap ilegal karena tak terdaftar di pemerintahan, dan tak mempunyai surat keterangan terdaftar sebagai organisasi yang sah.

Apalagi, banyak warga dilaporkan hilang karena ikut Gafatar, sehingga keberadaan organisasi ini meresahkan masyarakat.

Ahmad Musadeq sendiri sebelum terlibat kasus Gafatar, pernah terjerat kasus aliran Al-Qiyadah al-Islamiyah pada 2006. Sebagai pendiri aliran, Ahmad Musadeq menyatakan diri sebagai nabi atau mesias.

Al-Qiyadah al-Islamiyah merupakan sebuah aliran kepercayaan yang melakukan sinkretisme ajaran dari Al-Qur'an, Injil, dan Yahudi, juga wahyu yang diakui turun kepada pemimpinnya.

 

Satrio Piningit Weteng Buwono

Ilustrasi Aliran Sesat. (Liputan6.com/Rita Ayuningtyas)
Ilustrasi Aliran Sesat. (Liputan6.com/Rita Ayuningtyas)

Sekte Satrio Piningit Weteng Buwono ini didirikan oleh Agus Imam Solihin. Dia mengaku sebagai Tuhan sejak 2005-2006. Sekte ini dianggap sesat dan melanggar perintah agama Islam.

Agus yang mengaku sebagai Imam Mahdi mengajarkan kepada pengikutnya untuk meninggalkan salat, puasa, dan menjalankan hubungan seksual bersama pasangannya secara bersama-sama pengikut lainnya dalam satu ruangan.

Dia juga mengklaim sebagai keturunan Presiden pertama RI, Sukarno.

Sebelumnya, Agus mendirikan padepokan di Permunas III Bekasi Timur yang akhirnya diusir oleh warga dan akhirnya pindah ke Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

Dianggap meresahkan dengan ajarannya yang menyimpang, Agus pun ditangkap, namun sempat melarikan diri. Agus pun menyerahkan diri dan dia diadili dengan hukuman penjara 2 tahun 6 bulan.

 

Kerajaan Tuhan Lia Eden

Apa Doa Lia Eden Untuk KPK?
Lia Aminnuddin datang menyambangi kantor KPK bersama dengan jamaahnya, Jakarta, Senin (16/2/15). Kedatangan LIa Eden untuk mendoakan KPK.(Liputan6.com/Faisal R syam)

Lia Aminudin atau dikenal sebagai Lia Eden sempat menggemparkan masyarakat karena mengaku sebagai penyebar wahyu Tuhan dan reinkarnasi Bunda Maria.

Paham Lia Eden ini mampu menjaring sekitar 100 penganut pada awal pendiriannya yang terdiri dari cendekiawan, artis, dan pelajar. Pada Desember 1997, Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah melarang perkumpulan ini.

Pimpinan sekte Kerajaan Tuhan Eden telah dua kali mendapat vonis hukuman penjara pada 2006 dan 2009 akibat kasus penistaan agama. Namun, hal itu tidak membuatnya jera.

Pada Mei 2015, dia membuat sejumlah pernyataan mengejutkan. Salah satunya soal kedatangan UFO. Dia sempat meminta izin kepada Presiden Joko Widodo atau Jokowi dan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, yang saat itu menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, untuk mendaratkan UFO itu di Monas.

Wanita yang mengaku Rasul Lia Eden ini juga mengingatkan tentang akhir zaman yang terjadi pada akhir Mei 2015. Disebutkan, UFO yang rencananya didaratkan di Monas itu, akan membawa Eden dan pengikutnya ke surga.

Surat yang sama juga dikirimkannya ke pejabat KPK serta Polri. Dia mengkritik kesesatan yang masih terjadi di negeri ini.

Menurut versi Lia Eden, Indonesia seharusnya bisa selamat asal menjadikan BJ Habibie sebagai Presiden. Lia Eden menyebut Habibie adalah sosok Presiden yang jauh dari kemusyrikan dan tak pernah bersekutu dengan Nyi Roro Kidul.

"Dia (Habibie) adalah reinkarnasi Gajah Mada yang punya Sumpah Palapa. Karena itu, sesungguhnya Indonesia bisa selamat kalau dia yang menjadi presiden pada waktu itu. Tapi sayangnya, kolaborasi politik kotor telah menurunkannya," tulis Lia Eden.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya