Liputan6.com, Kudus - Penyelenggaraan tradisi manten tebu atau pengantin tebu, hingga kini masih terus dipertahankan oleh sejumlah pabrik gula yang masih aktif melakukan produksi.
Tradisi sakral dan unik yang telah berlangsung puluhan tahun ini, salah satunya dilakukan oleh Pabrik Gula (PG) Rendeng Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.
Advertisement
Salah satu kearifan lokal di Kudus ini, cukup menarik perhatian masyarakat di Kota Kretek. Warga pun tertarik melihat prosesi manten tebu di PG Rendeng, karena mereka menghubung-hubungkan dengan film 'Pabrik Gula Uncut’ yang kini viral.
Advertisement
Baca Juga
Prosesi Manten Tebu yang dulunya dikenal oleh masyarakat Kudus dengan tradisi “Gantingi” ini, dilakukan sebagai menjadi awal dari masuknya musim giling di PG Rendeng Kabupaten Kudus pada Kamis (24/4/2025).
Prosesi diawali dengan arak-arakan kedua pengantin dari seberang pabrik, diiringi alunan kesenian tradisional barongan dan diusung oleh para pekerja berseragam batik.
Dalam kirab itu, juga dihadirkan dua buah tebu yang diambil dari kebun yang berbeda di wilayah kerja PG Rendeng yang disatukan dalam tradisi tersebut. Kedua tebu itu diibaratkan sebagai mempelai pria dan mempelai wanita.
Tebu laki-laki diberi nama Sri Narendra Rosan Prakoso dari kebun tebu Peganjaran. Sedangkan satu tebu lainnya adalah mempelai perempuan yang diberi nama Sri Ratu Rosan Ayu Nan Indah dari kebun Tanjungrejo.
Simak Video Pilihan Ini:
Nguri-uri Kearifan Lokal
Rombongan pengantin kemudian diterima oleh sejumlah pekerja PG di halaman area pabrik yang dikelola PT Perkebunan Nusantara (PTPN) IX. Layaknya suasana resepsi pernikahan, juga diringi alunan gending Kebo Giro yang biasanya mengiringi pernikahan adat Jawa.
Untuk menambah sakral prosesi itu, perhelatan tradisi ini juga diwarnai dengan aroma kemenyan yang dibakar. Setelah prosesi serah terima, penganten tebu dan ratusan batang tebu lainnya, kemudian dimasukan mesin penggilingan tebu.
Rangkaian prosesi ini menandai giling perdana tahun 2025, yang dilakukan PG Rendeng yang beralamat di Desa Rendeng, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus. Proses memasukan sejumlah batang tebu ke dalam mesin penggiling, dilakukan para pejabat dan tamu undangan sebagai simbol dimulainya produksi.
Sementara itu, Bupati Kudus Sam’ani Intakoris yang hadir dalam prosesi ini, mengapresiasi upaya nguri-uri kearifan lokal yang masih dipertahankan oleh manajemen PG Rendeng.
“Zaman dulu kirab nganten tebu disebut nggantingi. Tradisi ini sangat bagus, karena prosesi kirab nganten tebu dipertahankan sampai sekarang," ujar Bupati Samani.
Sam'ani pun berdoa agar target produksi 200 persen yang diinginkan PG Rendeng bisa terpenuhi. Bahkan berharap bisa melampaui target hingga 300 persen.
"Semoga target produksi tahun ini terpenuhi 300 persen, walau targetnya 200 persen. Biar bisa menyerap tebu lebih banyak lagi dan petani ikut bahagia. Hasilnya banyak, dan bisa swasembada gula," terang Samani.
Advertisement
Target Giling Tebu 2025
Bupati Samani pun ikut bahagia melihat para pegawai PG Rendeng bersemangat untuk memulai kerja. Orang nomor satu di Kota Kretek ini juga meminta untuk memeriahkan penyelenggaraan tradisi pengantin tebu, pihak PG Rendeng juga melibatkan UMKM seperti tahun-tahun sebelumnya.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Keuangan PT Sinergi Gula Nusantara PG Rendeng Harianto, menargetkan bisa menggiling tebu sebanyak 312 ribu ton selama 120 hari pada tahun 2025. Proses penggilingan tebu resmi dimulai pada 4 Mei 2025 hingga Oktober 2025.
Harianto menyebut, hitungan rendemen sebesar 7,15 persen akan menghasilkan gula sekitar 20 ribu ton. Pihaknya juga memaparkan target produksi gula tahun ini naik 200 persen dari tahun sebelumnya.
"Target sekitar 10 ribu ton gula pada tahun sebelumnya, kami hanya bisa menyelesaikan sekitar 90 persen target. Sekarang kami naikkan target gula sekitar 20 ribu ton,” ungkapnya.
Kenaikan target produksi gula tersebut, kata Harianto, sesuai dengan program swasembada gula yang dicanangkan Presiden RI Prabowo Subianto.
Upaya untuk memenuhi target itu, kini dilakukan dengan berbagai hal oleh PG Rendeng. Diantaranya memperluas area menanam tebu, mendorong petani menanam tebu, dan menyediakan bibit tebu terbaik.
Haryanto menambahkan, bahan baku tebu yang digiling menjadi gula di PG Rendengn berasal dari petani di wilayah Muria Raya, termasuk dari Kabupaten Semarang.
“Kami terus berupaya meningkatkan rendemen gula yang saat ini berada di angka 7,15 persen. Dengan adanya program swasembada gula dari pemerintah dan pengaturan impor, diharapkan produksi gula lokal semakin kompetitif dan menarik minat petani,” pungkasnya.
(Arief Pramono)
